Ada Asap Pasti Ada Api, "Kita dan Masalah Asap yang Selalu Berulang dan Tak Kunjung Usai"
Kita dan masalah asap yang selalu berulang menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan saat ini. Akan tetapi, kita dan persoalan asap pun  menjadi bagian dari obyek dan tak kunjung usai. Ada asap pasti ada yang membakar.
Beberapa hari lalu hingga kemarin, helikopter hilir mudik mengitari langit yang sedikit mendung. Tujuan mereka tak lain untuk memadamkan beberapa titik api yang ada di beberapa titik karhutla yang ada di Ketapang.
Sebelumnya, tititk api terpantau di beberapa wilayah. seperti di Matan Hilir Selatan, Sungai Melayu Rayak, Kendawangan dan Tumbang Titi terpantau 44 titik api, berdasarkan data BMKG, dua hari lalu. Titik api ini jauh berkurang dibandingkan beberapa hari lalu, tepatnya seminggu lalu yang menyebutkan titik api di Ketapang sebanyak 60 titik api. Berkurangnya jumlah titik api dikarenakan oleh terjadinya hujan beberapa hari ini.
Kita selalu menghisap asap setiap musim kemarau tiba, ini karena sering kali terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Kita dan asap seolah sesuatu yang tak terpisahkan bahkan cenderung berulang dan tak kunjung usai sebagai tanda nyata bahwa kita sebagai penerima dampak langsung dan tak langsung.
"Kalimantan terbakar. Kami terbangun setiap pagi oleh helikopter membawa air, hujan abu, dan ada asap di udara menyebabkan banyak staf saya harus pulang karena sakit karena asap", ujar Victoria Gehrke selaku Direktur Yayasan Palung.
Ia pun prihatin dengan terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di wilayah Ketapang dan Kayong Utara. Lebih khusus di wilayah hutan desa, beberapa titik api membakar lahan dan mengeringkan lahan pertanian masyarakat dan mengeringnya lahan gambut semakin memperparah terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Â Semoga kabut asap segera berakhir dan berharap hujan segera turun, ujar Victoria lagi.
Terjadinya kebakaran hutan dan lahan menjadi tanda-tanda nyata bahwa kita dan persoalan asap seolah berpadu menjadi satu namun memberi dampak yang tidak baik bagi lingkungan sekitar atau diri kita (dampak buruk dari setiap terjadinya kebakaran hutan dan lahan). Dampak dari terjadinya kebakaran itulah yang sering kali berpengaruh kepada kita. Dari (di/ter)bakarnya hutan itulah timbul asap.
Sakit penyakit yang diderita semisalnya ispa dan batuk flu itu sudah pasti. Selain itu, juga asap mengganggu aktivitas sehari-hari dan aktivitas lainnya, tak terkecuali penerbangan dan aktivitas anak sekolah yang acap kali diliburkan ketika musim kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi.
Tak hanya asap dan sakit penyakit yang dimbulkan dari adanya kebakaran hutan dan lahan. ragam tumbuhan dan satwa bisa saja menjadi korban dari ganasnya api (karhutla). Seperti misalnya beberapa hari lalu, petugas pemadam kebakaran menemukan seekor trenggiling  (Manis javanica) yang terpanggang di lahan yang terbakar di Matan Hilir Selatan, Ketapang.
Apa penyebab hutan terbakar, kita dan masalah asap yang selalu berulang?. Ada asap pasti ada api. Lalu siapa yang membakar?. Ada penyebab terjadinya kebakaran, mustahil kiranya jika tidak ada penyebab. Perluasan area untuk pembukaan lahan yang selanjutnya (di/ter)bakar menjadi biang timbulnya asap yang sulit pergi hingga berimbas pada sulitnya beraktivitas akibat asap yang terjadi. Selain juga, perilaku manusia yang secara sengaja membuang puntung rokok di sekitaran hutan ketita melintas akan berdampak kepada kebakaran hutan dan lahan.
Sayangnya dan celakanya lagi, setiap kebakaran hutan dan lahan yang terjadi yang menjadi kambing hitam adalah masyarakat akar rumput/petani kecil. Sedangkan di lahan-lahan berskala besar yang terbakar tak tersentuh. Itu nyata terjadi dan memberi gambaran pasti kenapa kebakaran selalu berulang.
Kenapa persoalan ini terjadi dan selalu berulang. Ini yang menjadi soal, persoalannya adalah ketika asap yang mendera berdampak kepada manusia (kita) secara keseluruhan makhluk hidup tidak terkecuali tumbuhan dan hewan (dampak ekologis).Â
Jika persoalan ini terjadi dan terus berulang, maka tidak sedikit yang dikorbankan. Semua nafas makhluk hidup menjadi satu kesatuan yang utama dan harus harmoni hingga selamanya. Mengingat, sesungguhnya manusialah yang perlu alam/hutan. Â
Berharap, karhutla bisa diatasi dan asap tidak terjadi lagi, sehingga kita semua bisa beraktivitas dengan baik tanpa gangguan. Semoga saja...
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H