Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Riam Kinjil dan Riam Berasap, Potensi Ekowisata yang Menjanjikan

29 Agustus 2018   15:31 Diperbarui: 29 Agustus 2018   21:38 2706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Riam Kinjil yang menjadi potensi ekowisata yang menjanjikan. Foto dok : Petrus Kanisius/Yayasan Palung

 

Pertengahan bulan lalu tepatnya, para pihak yang digawangi oleh Balai Taman Nasional Gunung Palung (BTNGP) mengadakan diskusi terkait peluang ekowisata yang ada di Kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP).

Mengacu kepada istilah lokalnya Riam berarti air yang deras mengalir. Tidak hanya deras, tetapi di seperti Riam Berasap memiliki air terjun.

Dua potensi ini (Kedua Riam ini memiliki air yang deras dan air terjun).

Riam Kinjil letaknya di Desa Laman Satong, Kecamatan Matan Hilir Utara, Kabupaten Ketapang, Sedangkan Riam Berasap letaknya berada di dalam Kawasan TNGP.

Kedua Riam ini memiliki potensi ekowisata (wisata alam) yang menjanjikan.

Beberapa potensi ekowisata pun berhasil dipetakan, antara lain seperti keanekaragaman hayati mengingat di wilayah tersebut pula terlihat luasan tutupan hutan yang masih sangat baik.

Tentu ini menjadi potensi sebagai ilmu pengetahuan (belajar) karena bisa menjadi perpustakaan alam bagi siapa saja yang akan berkunjung. Keindahan dari dua riam yang di maksud (Riam Kinjil dan Riam Berasap) tidak kalah menariknya untuk dapat dikelola secara berkelanjutan.

Riam kinjil atau Riam Berkinjil memiliki ketinggian kurang lebih 2 meter dan ini sangat cocok untuk arung jeram bagi pemula.

Sedangkan airnya yang jernih dan sejuk sangat baik untuk mandi dan berendam, setidaknya itu yang saya rasakan beberapa waktu lalu di sela-sela kegiatan diskusi kami diajak untuk mencoba arum jeram, mandi dan berendam. 

Sangat seru, dan asyik yang pastinya, setidaknya itu yang saya rasakan ketika mandi dan berendam. Segar dan sejuknya air begitu terasa di tubuh hingga rasa enggan untuk berhenti berendam.

Riam Kinjil yang menjadi potensi ekowisata yang menjanjikan. Foto dok : Petrus Kanisius/Yayasan Palung
Riam Kinjil yang menjadi potensi ekowisata yang menjanjikan. Foto dok : Petrus Kanisius/Yayasan Palung
Seperti yang terlihat, beberapa peserta yang berkesempatan berkunjung di Riam Kinjil sangat menikmati panorama alam yang indah dan sejuknya ketika mandi di Riam Kinjil.

Beberapa di antaranya menggunakan ban untuk mencoba arung jeram dan berhanyut (menyusuri aliran sungai) dengan pelampung ban bekas.

Sedangkan Riam Berasap lebih menantang lagi dengan memiliki ketinggian lebih dari 10 meter. Ini sangat cocok bagi penyuka adrenalin dan bagi yang suka tantangan.

Mengingat, di Riam Berasap pengunjung bisa mencoba arung jeram dan sensasi air terjunnya. Selain juga bisa merasakan sensasi meloncat dari ketinggian jika berani untuk melakukannya.

Ketersediaan alam yang boleh dikata masih baik karena berada di dalam Kawasan Taman Nasional tentu menjadi potensi yang nyata bisa dikelola.

Dari Kabupaten Ketapang, Kalbar untuk menjangkau Riam Kinjil dan Riam Berasap terlebih dahulu harus sampai terlebih di Pembibitan Yayasan ASRI di Desa Laman Satong.

Setelah sampai di Pembibitan Yayasan ASRI, Jarak tempuh untuk sampai di wilayah Riam Kinjil diperlukan waktu sekitar 1,5- 2 jam perjalanan.

Sedangkan untuk menjangkau Riam Berasap diperlukan 1- 1,5 jam perjalanan dari Riam Kinjil.

Semua peserta yang ikut dalam acara diskusi potensi ekowisata. Foto dok : Petrus Yayasan Palung
Semua peserta yang ikut dalam acara diskusi potensi ekowisata. Foto dok : Petrus Yayasan Palung
Berita baiknya, Pihak dari Taman Nasional Gunung Palung sangat menyambut baik dan mempercayakan kepada masyarakat di Desa Laman Satong untuk mengelola potensi wisata ini.

Dalam kata sambutannya, M. Ari Wibawanto, selaku Kepala Balai Taman Nasional Gunung Palung mengatakan, "TNGP ada banyak daya tarik, rencana saya setiap travel, karang taruna harus dipegang oleh TNGP terkit pusat informasi untuk menjual dan mempromosikan potensi wisata dan produk-produk lokal atau keunikan sosial, budaya dan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat".

Dengan Kata lain Taman Nasional menjadi pusat informasi wisata yang ada dan bisa diakses oleh siapa saja.

Lebih lanjut Pak Ari, demikian ia akrab disapa sehari-hari, menerangkan, "Terkait potensi yang ada di Laman Satong lebih khusus potensi Riam Kinjil dan Riam Berasap, dengan syarat masyarakat Laman Satong bisa menjadi role model untuk pengelolaan potensi wisata dan pihak Taman Nasional sangat mendukung itu. makanya Pihak Taman Nasional pun tidak bisa sendiri dalam hal ini tentunya, makanya perlu pelibatan masyarakat dan para pihak".

Para pihak yang hadir dalam acara diskusi ekowisata berkesempatan berfoto bersama. Foto dok : Petrus Kanisius/Yayasan Palung
Para pihak yang hadir dalam acara diskusi ekowisata berkesempatan berfoto bersama. Foto dok : Petrus Kanisius/Yayasan Palung
Pak Ari pun berharap, semoga ekowisata di Laman Satong dapat dikelola oleh masyarakat dengan baik secara mandiri dan bisa maju sehingga bisa dikenal oleh masyarakat luas dan menjadi sumber Pendapatan desa lebih khusus Desa Laman Satong.

Beberapa orang mencoba untuk mandi, berendam dan beranyut dengan ban bekas. Foto dok : Petrus Kanisius/Yayasan Palung
Beberapa orang mencoba untuk mandi, berendam dan beranyut dengan ban bekas. Foto dok : Petrus Kanisius/Yayasan Palung
Dua Mahasiswa (Dedi dan Viktor) dari Pontianak yang kebetulan saat itu magang berkesempatan pula untuk berhanyut. Foto dok : Petrus Kanisius/Yayasan Palung
Dua Mahasiswa (Dedi dan Viktor) dari Pontianak yang kebetulan saat itu magang berkesempatan pula untuk berhanyut. Foto dok : Petrus Kanisius/Yayasan Palung
Seperti diketahui, pihak Balai Taman Nasional Gunung Palung melalui perwakilannya Ranto di Resort Pangkalan Tapang, Laman Satong bersama dengan pihak Desa melalui Kepala Desa Laman Satong, Viktor Yanto dan masyarakat sepakat untuk ambil peran dalam hal pengelolaan ekowisata di Riam Kinjil dan Riam Berasap.

Masyarakat Desa Laman Satong, Balai Taman Nasional Gunung Palung pun tidak sendiri.

Tropenbos Indonesia, sebagai lembaga pendamping di Desa Laman Satong juga sangat bersemangat dalam rencana pengelolaan ekowisata di Riam Kinjil dan Riam Berasap.

Dalam diskusi ekowisata tersebut, turut hadir dari para pihak antara lain seperti ANJ dan Yayasan ASRI, Pihak Pemerintah Kabupaten Ketapang, Dinas Lingkungan Hidup Ketapang, Perkumpulan Mitra Pembangunan dan Yayasan Palung.  Hadir pula tokoh masyarakat Laman Satong, Yohanes Terang.

Para pihak yang hadir pun diajak secara bersama-sama dan ditawarkan peran apa yang bisa dilakukan dalam hal pengelolaan ekowisata di Riam Kinjil dan Riam Berasap.

Dalam diskusi ekowisata yang dihadiri oleh para pihak tersebut begitu mengalir, terlebih  masyarakat Laman Satong dan para pemudanya yang menyatakan kesanggupan mereka untuk mengelola ekowisata itu.

Potensi lainnya berdasarkan informasi dari Markus, warga Desa Laman Satong  mengatakan, "yang ada di Riam Kinjil dan Riam Berasap adalah ikan semah tetapi sudah semakin sedikit, dan ada banyak kayu endemik seperti kayu meranti. Ada pula kayu ubah, kempas dan ficus (kayu ara) yang menjadi pakan satwa yang ada dan melimpah di wilayah itu".

Hutan yang berdampingan dengan Riam Kinjil  masih sangat baik. Bahkan kami dalam perjalanan menuju Riam Kinjil kami menemukan pepohonan yang berdiameter cukup besar dan beruntungnya lagi kami melihat sarang orangutan yang tipe D atau E (sarang lama orangutan yang telah ditinggalkan/tidak ditempati lagi oleh orangutan).

Menurut informasi dari warga juga, jika beruntung, di Wilayah Riam Kinjil masih bisa dijumpai ragam satwa seperti kelempiau, enggang, kelasi, dan orangutan.

Sarang orangutan yang kami temukan, menurut perkiraan adalah tipe D atau E (sarang lama orangutan). Foto dok : Petrus Kanisius/Yayasan Palung
Sarang orangutan yang kami temukan, menurut perkiraan adalah tipe D atau E (sarang lama orangutan). Foto dok : Petrus Kanisius/Yayasan Palung
Pada kesempatan diskusi para pihak tersebut pula, semua peserta yang hadir melakukan penanaman pohon di lokasi reboisasi Yayasan ASRI yang juga merupakan kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP).

Suyandi (Yayasan Palung) Saat melakukan penanaman pohon di sekitar kawasan TNGP. Foto dok : Petrus Kanisius/Yayasan Palung
Suyandi (Yayasan Palung) Saat melakukan penanaman pohon di sekitar kawasan TNGP. Foto dok : Petrus Kanisius/Yayasan Palung
Dukungan dari semua pihak ini tentunya menjadi angin segar akan sangat diperlukan untuk mendukung dan mempromosikan ekowisata yang bisa memajukan masyarakat di Kawasan Taman Nasional Gunung Palung, lebih khusus Masyarakat di Laman Satong.

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun