Â
Pertengahan bulan lalu tepatnya, para pihak yang digawangi oleh Balai Taman Nasional Gunung Palung (BTNGP) mengadakan diskusi terkait peluang ekowisata yang ada di Kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP).
Mengacu kepada istilah lokalnya Riam berarti air yang deras mengalir. Tidak hanya deras, tetapi di seperti Riam Berasap memiliki air terjun.
Dua potensi ini (Kedua Riam ini memiliki air yang deras dan air terjun).
Riam Kinjil letaknya di Desa Laman Satong, Kecamatan Matan Hilir Utara, Kabupaten Ketapang, Sedangkan Riam Berasap letaknya berada di dalam Kawasan TNGP.
Kedua Riam ini memiliki potensi ekowisata (wisata alam) yang menjanjikan.
Beberapa potensi ekowisata pun berhasil dipetakan, antara lain seperti keanekaragaman hayati mengingat di wilayah tersebut pula terlihat luasan tutupan hutan yang masih sangat baik.
Tentu ini menjadi potensi sebagai ilmu pengetahuan (belajar) karena bisa menjadi perpustakaan alam bagi siapa saja yang akan berkunjung. Keindahan dari dua riam yang di maksud (Riam Kinjil dan Riam Berasap) tidak kalah menariknya untuk dapat dikelola secara berkelanjutan.
Riam kinjil atau Riam Berkinjil memiliki ketinggian kurang lebih 2 meter dan ini sangat cocok untuk arung jeram bagi pemula.
Sedangkan airnya yang jernih dan sejuk sangat baik untuk mandi dan berendam, setidaknya itu yang saya rasakan beberapa waktu lalu di sela-sela kegiatan diskusi kami diajak untuk mencoba arum jeram, mandi dan berendam.Â
Sangat seru, dan asyik yang pastinya, setidaknya itu yang saya rasakan ketika mandi dan berendam. Segar dan sejuknya air begitu terasa di tubuh hingga rasa enggan untuk berhenti berendam.
Beberapa di antaranya menggunakan ban untuk mencoba arung jeram dan berhanyut (menyusuri aliran sungai) dengan pelampung ban bekas.
Sedangkan Riam Berasap lebih menantang lagi dengan memiliki ketinggian lebih dari 10 meter. Ini sangat cocok bagi penyuka adrenalin dan bagi yang suka tantangan.
Mengingat, di Riam Berasap pengunjung bisa mencoba arung jeram dan sensasi air terjunnya. Selain juga bisa merasakan sensasi meloncat dari ketinggian jika berani untuk melakukannya.
Ketersediaan alam yang boleh dikata masih baik karena berada di dalam Kawasan Taman Nasional tentu menjadi potensi yang nyata bisa dikelola.
Dari Kabupaten Ketapang, Kalbar untuk menjangkau Riam Kinjil dan Riam Berasap terlebih dahulu harus sampai terlebih di Pembibitan Yayasan ASRI di Desa Laman Satong.
Setelah sampai di Pembibitan Yayasan ASRI, Jarak tempuh untuk sampai di wilayah Riam Kinjil diperlukan waktu sekitar 1,5- 2 jam perjalanan.
Sedangkan untuk menjangkau Riam Berasap diperlukan 1- 1,5 jam perjalanan dari Riam Kinjil.
Dalam kata sambutannya, M. Ari Wibawanto, selaku Kepala Balai Taman Nasional Gunung Palung mengatakan, "TNGP ada banyak daya tarik, rencana saya setiap travel, karang taruna harus dipegang oleh TNGP terkit pusat informasi untuk menjual dan mempromosikan potensi wisata dan produk-produk lokal atau keunikan sosial, budaya dan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat".
Dengan Kata lain Taman Nasional menjadi pusat informasi wisata yang ada dan bisa diakses oleh siapa saja.
Lebih lanjut Pak Ari, demikian ia akrab disapa sehari-hari, menerangkan, "Terkait potensi yang ada di Laman Satong lebih khusus potensi Riam Kinjil dan Riam Berasap, dengan syarat masyarakat Laman Satong bisa menjadi role model untuk pengelolaan potensi wisata dan pihak Taman Nasional sangat mendukung itu. makanya Pihak Taman Nasional pun tidak bisa sendiri dalam hal ini tentunya, makanya perlu pelibatan masyarakat dan para pihak".
Masyarakat Desa Laman Satong, Balai Taman Nasional Gunung Palung pun tidak sendiri.
Tropenbos Indonesia, sebagai lembaga pendamping di Desa Laman Satong juga sangat bersemangat dalam rencana pengelolaan ekowisata di Riam Kinjil dan Riam Berasap.
Dalam diskusi ekowisata tersebut, turut hadir dari para pihak antara lain seperti ANJ dan Yayasan ASRI, Pihak Pemerintah Kabupaten Ketapang, Dinas Lingkungan Hidup Ketapang, Perkumpulan Mitra Pembangunan dan Yayasan Palung. Â Hadir pula tokoh masyarakat Laman Satong, Yohanes Terang.
Para pihak yang hadir pun diajak secara bersama-sama dan ditawarkan peran apa yang bisa dilakukan dalam hal pengelolaan ekowisata di Riam Kinjil dan Riam Berasap.
Dalam diskusi ekowisata yang dihadiri oleh para pihak tersebut begitu mengalir, terlebih  masyarakat Laman Satong dan para pemudanya yang menyatakan kesanggupan mereka untuk mengelola ekowisata itu.
Potensi lainnya berdasarkan informasi dari Markus, warga Desa Laman Satong  mengatakan, "yang ada di Riam Kinjil dan Riam Berasap adalah ikan semah tetapi sudah semakin sedikit, dan ada banyak kayu endemik seperti kayu meranti. Ada pula kayu ubah, kempas dan ficus (kayu ara) yang menjadi pakan satwa yang ada dan melimpah di wilayah itu".
Hutan yang berdampingan dengan Riam Kinjil  masih sangat baik. Bahkan kami dalam perjalanan menuju Riam Kinjil kami menemukan pepohonan yang berdiameter cukup besar dan beruntungnya lagi kami melihat sarang orangutan yang tipe D atau E (sarang lama orangutan yang telah ditinggalkan/tidak ditempati lagi oleh orangutan).
Menurut informasi dari warga juga, jika beruntung, di Wilayah Riam Kinjil masih bisa dijumpai ragam satwa seperti kelempiau, enggang, kelasi, dan orangutan.
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H