Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Burung Enggang, Si Petani Hutan yang Tak Kenal Pamrih

10 Juli 2018   10:23 Diperbarui: 10 Juli 2018   21:19 2324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain endemik, enggang si petani hutan diketahui juga memiliki keistimewaan karena ia sangat setia dengan pasangan hingga akhir hayatnya. Tidak bisa disangkal pula, enggang gading merupakan ciri khas Kalimantan Barat.

Selain itu juga, berdasarkan Undang-Undang No 5 tahun 1990, tentang keanekaragaman hayati dan satwa dilindungi menyatakan tegas tentang sanksi. Namun, beberapa kasus yang terjadi belum membuat pelaku kapok atau jera. Hukum 5 tahun penjara dan denda 100 juta rupiah, hampir dipastikan selalu dilanggar oleh oknum pemburu.

Perburuan, perdagangan dan perluasan area menjadi salah satu penyebab utama si petani hutan ini semakin berkurang jumlahnya. Ancaman nyata ini menjadi realita ketika burung enggang semakin sulit bertahan. 

Kegelisahan dan kecemasan akan keberadaan enggang si petani hutan di ambang kepunahan semakin terlihat. Hutan yang tersisa kian menipis, berbagai langkah untuk menyelamatkan begitu gencar dilakukan. Apakah ini akan didukung dan menimbulkan kesadaran sepenuhnya oleh para pencari paruh enggang/rangkong si petani hutan yang semakin merajalela untuk tidak lagi memburu dan berdagang nafas hidup dan bagian-bagian burung endemik ini.

Menanam, menabur dan menuai panen itu sejatinya yang diharapkan oleh si petani hutan. Dengan demikian (menanam, menabur dan menuai panen) para makhluk lainnya pun beroleh manfaat baik langsung atau pun tak langsung. Bayangkan jika tak ada petani hutan (enggang dan orangutan) mungkin makhluk lainnya tak sanggup menyemai hingga beribu bahkan berjuta hektar hutan. Berharap si petani hutan bisa lestari dan makhluk pun bisa berlanjut hingga nanti.

Sumber tulisan: Diolah dari berbagai sumber

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun