Terlihat beberapa sesajian perlengkapan Ba Uri Ntama seperti air putih yang dimasukan kedalam wadah botol dan beberapa perlengkapan Ba Uri Ntama terlebih dahulu sanampo/nyampo (diasapkan sementara) dengan kemenyan dan diiringi oleh berapa bacaan mantra sang dukun.
Seperti yang saya jumpai, ketika saya berkesempatan diberitahu dan diundang oleh tetangga yang juga kerabat dekat rumah untuk menghadiri prosesi Ba Uri Ntama di situ saya melihat si dukun mencabut penyakit si pasien.Â
Terlihat, dukun mendapat/mencabut sakit penyakit si pasien yang kebetulan usianya masih balita dan selalu menangis tidak henti-henti sebelumnya, menurut dukun penyakit si pasien tersebut adalah muno (sakit yang disebabkan oleh gangguan tertentu) dan dukun berhasil mencabut penyakit di dalam tubuh pasien tepat di dekat telingannya yaitu gulungan rambut sebesar jagung kira-kira ukuran besarnya. Selang beberapa hari pasien tersebut bisa sembuh dan tidak lagi menangis setiap saat.
Apabila prosesi Ba Uri Ntama selesai dilakukan dalam hal ini mencabut segala sakit penyakit yang ada di tubuh pasien, biasanya para tamu undangan terdekat yang menyaksikan prosesi tersebut oleh tuan rumah yang menyelenggarakan diajak untuk makan bersama.Â
Setelah makan bersama, prosesi penyerahan saseh hadiah (ucapan terima kasih kepada dukun dan saksi yang menyaksikan pengobatan kampung), biasanya tuan rumah memberikan 5 piring kaca, ayam sisa prosesi ba uri ntama dan beras, benang putih, serta uang se pemberian (pingan 5 real dan 5 suku, boras komang, bonang puteh, uang sepemberian). Tetapi biasanya, sang dukun jarang sekali mau menerima semua pemberian dari pihak pasien.
Menurut cerita, tradisi leluhur seperti Ba Uri Ntama ini sudah ada sejak dulu, entah tahun berapa prosesi ini hadir mereka tidak mengetahuinya. Namun yang pasti tradisi seperti ini merupakan warisan yang harus selalu ada sebagai sarana pengobatan alternatif yang boleh-boleh saja dilakukan dan ini merupakan adat, tradisi atau pun budaya yang sayang jika hilang. Semoga tradisi Ba Uri Ntama bisa lestari hingga nanti. Amin...
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H