Engkau dipuja dan didera ini adanya nyata
Itu yang tersaji kala engkau  hidup dan menetap di habitatmu
Dipuja ketika dirimu disayang dan didera ketika dirimu terus terusik mendera
Letupan demi letupan senapan tak segan merampas hak hidupmu
Derai air matamu terlihat tak kuasa tercurah tumpah mengengok pongahnya dunia
Pahit getir mungkin atau memang ini yang dirasa sebab tak kuasa
Tak kuasa menahan ratusan peluru tak segan bersarang merengkuh hampir di seluruh tubuh,
hingga tak jarang meregang nyawa
berkata mengata,
 apa dosamu kini ?
bertanya karena sebab,
 sejauh mata memandang terlihat tiada ampun membabat habitat
tanpa ampun dan belas kasihan
memutus jalur alur keturunanmu
dipenjara, dipelihara dan tak jarang disiksa
memutus mata rantai peranmu sebagai penyebar biji, penjaga dan pemilihara tanam tumbuh di rimba raya
Realita tentu sebagai penanda
Kini, apa yang ditakut-takuti benar terjadi
Tajuk menjulang tinggi kini kian terkikis berganti tanam tumbuh baru,
gedung bertingkat pencakar langit
tengok korban di lubang-lubang pengganti,
lihat deru arus menerjang tak beraturan menghantam dan membawa kesegala arah
tanpa ada yang mengira kapan akan terjadi dan berlalu
cumbu belaian kasih kepadamu menanti disapa menyapa
inginku mengalahkan koar suara deru mesin yang tak jemu berisik saban waktu
tetapi mampukah?
Lagi-lagi dan lagi itu yang terjadi, tak bosan terus berulang
Rinai rintik tak lagi sanggup terserap tanah dan akar,
Tak sanggup menampung jua menopang tajuk-tajuk rimbun yang kian rebah karena lelah tak berdaya
Ingin menjalar namun terlanjur dikikis hingga menjelang habis
Rona nanar tak jarang berpadu mengadu,
 Mencari, memilah, berkisah
Tentang dirimu yang dipuja juga didera
Tetapi apa dosamu sehingga engkau selalu didera menderita sampai merenggut nyawamu
Satwa endemik yang disematkan kepadamu dan sebutanmu sebagai spesies kunci apakah nanti bisa lestari hingga nanti atau tinggal cerita,
Hanya bertanya, apa dosamu orangutan?
Hanya itu.
Ketapang, Kalbar 08 Februari 2018
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H