Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rinai Rintik

17 April 2017   18:01 Diperbarui: 17 April 2017   18:09 1683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rinaimu menuju empat penjuru

Sunyi

Sepi

Gemuruhmu menanti asa segala bernyawa penghuni bumi menunggu

Kering kerontang menuai resap

Bintang tertutup awan membentang

Ruak kodok terekap

Tetes menetes kian tumpah yang tak lain rinai rintik mulai mula menyapa ruang

Penanda tanda, mereda menanti tuaian

Mereda penyejuk jiwa

Bila enggan mereda menanti deraian

Rinai merenda malam menjadi penanda

Semua makhluk menghela nafas karena panas

Gemuruh, gemericik, menitik jiwa merindu

Pada sang pencipta rinai rintik di waktu malam menunggu

 candu para perindu

Tusuk menusuk menghujam tajam menghempas lepas

 Menggelayut kusut

Pengelana bumi melintas deras

Merenggut iba terbelenggu kabut

Hujan sehari, hujan sedetik peneduh rindu meranggas

Perlahan pelan

Menunggu reda

Diwaktu tiba

Menunggu pelangi pagi selepas hujan.

Rinai rintik menjelang malam, Ketapang, Kalbar,  4/16/2017

Petrus Kanisius (Pit)-Yayasan Palung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun