Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menumpas, Tumpas Tikus Busuk Berdasi Meretas di Lumbung Padi

21 Juli 2016   15:40 Diperbarui: 21 Juli 2016   16:54 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tikus Berdasi. Foto dok. Deny Julian

Tak ubah seperti ayam menetas anak dari setiap butiran telur, sebagai pengais, pengikat perekat genenasi berdiam datang dan pergi di lumbung padi. Mengais rejeki di tempat tanah tuan negeri sendiri. Namun itu mengenai tikus busuk berdasi yang selalu siap meretas lumbung padi.

Seperti tumbuh, tumbuhan menjalar berakar menyebar berakar.

Pengikat pengikut, mengakar menjalar.

Belajar, berkelakar.

Berkoar,

Melebar,

Menyebar,

Menjadi darah, duri dalam daging. Sakit sekarat bernanah berbau.

Bekas, menjadi bias peretas seolah tak jemu. Tikus-tikus tak kunjung hilang di lumbung padi, walau terjerat satu, datang lagi.

Apa itu menjadi cap negeri ini, acap kali terlontar juga terdengar.

Meretas, membongkar hak-hak akar rumput.

Mengatasnamakan para Nabi,

Tersiar,

Lumbung padi berganti. Tanah, tanam tumbuh terhenti sejenak atau selamanya.

Entahlah,

Tengoklah... busung lapar meraung tak ubah mesin-mesin buldozer yang sama-sama meronta.

Lihatlah... Tanah kering berlubang di awang-awang pembesar menancapkan pisau bertinta emas, membuat sekarat melarat mengatasnamakan rakyat.

Suap menyuap, hukum (di/ter) beli para pembesar yang enggan tersadar.

Lumbung padi bertukar ingin eksis hingga narsis, namun harusnya tertunduk malu pada akar rumput yang tertunduk lesu menanti mati di lumbung padi.

Tumpas menumpas tiada henti berjalan, mengekang, dikekang, (di/ter) jerat berharap terjaring jeruji.

Ketapang, Kalbar, 21 Juli 2016

By : Petrus Kanisius-Yayasan Palung

    

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun