Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Apakah Tangis Berujung Tangis atau Tangis Itu Berujung Bahagia?

2 Maret 2016   09:25 Diperbarui: 2 Maret 2016   10:03 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Lawang Darah Terampasnya hutan gambut yang menjadi Surga bagi beragam keanekaragaman hayati.  Lokasi; hutan rawa gambut yang digarap untuk perkebunan di Matan Hilir Selatan.Foto, dok. Yayasan Palung, tahun 2008."]

[/caption]Lapang

Perdetik semakin lapang

Tak Cuma Lapang

Tetapi,

Gersang

Hilang Lenyap

Berupa tetapi tidak berwujud

Para pembesar  berlomba berkemas, tertawa di ruang megah tak malu jua menengok akar rumput di pondok reot.

Akar rumput menangis meronta

Menatap rantai terkungkung, terkikis menjelang habis

Meratap jua berharap, ada apa?

Inginku dan inginmu tak sama, aku tahu

Kini,

Rebahku tak sedikit yang acuh mengaduh

Namun,

Gaduh menyirat,

Tentang nafas rimbun untuk menaungi, melindungi

Berjuta nyawa menanti tetap berlanjut atau hilang lenyap selamanya?

Atau,

Akankah jerit tangis menjadi tangis?

Atau,

Tangis berujung bahagia?.

Mungkin, tanyakan pada rumput yang bergoyang , karena hanya Tuhan yang Tahu.

 

@Ketapang, Kalbar , 1 Maret 2016

By : Petrus Kanisius-Yayasan Palung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun