[caption caption="Senja menyapa di Pantai Mak Bagok. Foto dok. Petrus Kanisius"][/caption]Minggu hingga selasa (21-23/2/2016), kemarin kami menikmati indahnya ciptaan Tuhan saat senja menyapa ketika kami  melakukan fieldtrip di hutan dekat Pantai Mak Bagok yang berdekatan dengan Pantai Pasir Mayang, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.
Pemandangan itu tidak lain adalah indahnya matahari yang hendak tenggelam atau dengan kata lain saat senja menyapa (sore tiba). Sunset, itu mengabarkan kepada kami tentang keindahan Karya Sang Pencipta (Tuhan). Â Rutinitas para nelayan dengan perahu mereka terlihat, saat sedang memasangkan pukat ikan mereka. Ada pula dari antara mereka yang mengangkat pukat-pukat mereka (jaring penangkap ikan) yang mereka pasang (membentangkan pukat di laut) ketika siangnya sembari berharap beroleh ikan. Terlihat beberapa nelayan mengambil ikan-ikan yang terperangkap dari pukatnya.
Nelayan dan pukatnya. Foto dok Petrus Kanisius
Keindahan lain dari ciptaan Tuhan tersebut adalah batu-batu yang berdiri kokoh di sepanjang tepian Pantai Mak Bagok. Berdiri kokohnya batu-batu itu sebagai penambah pesona yang sayang kami lewatkan. Beberapa diantara peserta menyempatkan diri untuk mengabadikan gambar-gambar tersebut. Sungguh indah, kata-kata itu terdengar. Hilir mudik perahu terlihat sedang berlomba-lomba melawan ombak bergulung. Namun sayangnya, keindahan batu-batu yang berdiri kokoh tersebut semakin berkurang, beberapa diantaranya ada yang memanfaatkannya demi sesuap nasi. Tumpukan batu yang telah dipecahkan terlihat menumpuk, sepertinya telah dipecah-pecahkan oleh tukang batu.
Adapun kegiatan fieldtrip yang kami lakukan saat mendampingi 24 orang Sispala Repatones, SMA PL. St. Yohanes, Ketapang. Ragam kegiatan seperti belajar tentang daun (taksonomi tumbuhan), pengamatan satwa, Â belajar tentang survival dan pengukuhan anggota baru Sispala Repatones. Pada kegiatan taksonomi tumbuhan, peserta diajak untuk mengenal tumbuh-tumbuhan dan praktek membedakaannya.
Selanjutnya mereka mempresentasikannya. Selain itu, mereka mengamati satwa yang beraktivitas pada malam hari. Keesokan harinya mereka melakukan praktek survival, mereka diajak untuk bertahan hidup dengan apa yang tersedia di alam.
Para peserta lalu mencari rebung (bambu muda) untuk di masak, demikian juga dengan jantung pisang. Selanjutnya mereka memasaknya menggunakan bambu. Nasi juga mereka tanak (masak) dengan bambu.
Selama kami melakukan kegiatan, di malam harinya selalu turun hujan. Tenda yang kami tempati lumayan basah. Tetapi rasakan saja, mengingat hujan cukup deras menghampiri kami. Saat pagi pun kami cukup kesulitan menghidupkan api untuk memasak. Akan tetapi, kami menikmatinya. Yang penting asyik dan kegiatan bisa berjalan.
Pelangi tiba menjelang senja selepas hujan. Foto dok. Petrus Kanisius
Sebelum kami menyudahi seluruh rangkaian kegiatan, kami menyempatkan diri untuk membersihkan sampah-sampah sisa kegiatan dan sampah-sampah yang tertinggal oleh beberapa pengunjung yang lupa membuang sampah. Kegiatan berjalan sesuai dengan rencana.
By : Petrus Kanisius ‘Pit’- Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H