Lantaran sebelumnya kami selalu cekoki obat dari dokter selama 4 (empat) tahun lamanya, apabila datang emosinya, padahal harga obatnya cukup merogoh kantong terdalam kami dan itu diakui sebagai kebodohan terbesar kami.
Rupanya Allah berkehendak lain, anak kami dengan nada tinggi agak memaksa minta pergi ke Jawa Timur, lantas kami menuruti kemauannya merantau ke tanah Jawa. Dari sinilah titik balik kehidupan ananda yang pemarah labil emosi, saat ini lebih terlihat segar, sabar, alim dan rajin mengaji.
Dengan anak saya mengatakan tidak mau kembali ke Makassar dahulu dikenal dengan sebutan Ujung Pandang (UPG). Ananda pun sempat menyentil pergaulan disana (Makassar) toxic/racun. Saya pun hanya bisa mengangguk dengan tawa lepas, melihat kelakar ananda.
Selama 5 (lima) hari saya ikut aktifitas mondok, hati ini tentram rasanya, terlebih mendengar para Al Quran berjalan ini melantunkan ayat-ayat suci Al quran, termasuk anak saya.
Lantunan ayat-ayat suci al quran membasahi bibir para santri, usai melaksanakan sholat wajib, Subuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib serta Isya', sebanyak 7 (tujuh) anak santri, termasuk anak saya ini rutin membaca sekaligus menghafal ayat-ayat suci Al qur'an.
Dari ke tujuh santri tersebut, 4 (empat) diantaranya masih bersekolah Tsanawiyah, setingkat SMP sederajat. Untuk biaya pendidikan ke empat santri tersebut ditanggung pengasuh pondok pesantren.
Pada waktu tertentu, anak-anak santri ini setoran bacaan ataupun hafalannya dihadapan pengasuh pondok pesantren, untuk diperbaiki bacaan serta tajwidnya.
Khusus hari Jum'at libur mengaji, sebagai gantinya, membersihkan seluruh ruangan pondok. Mulai dari kamar mandi, dapur hingga kamar-kamar para Santri. Sore hingga malam hari digunakan untuk kajian ilmu agama yang dituturkan langsung oleh Gus Tholib selaku pengasuh Pondok.
Kondisi pondok terbilang cukup bersih meski panas sebab dari pengaruh iklim, hal tersebut lantaran Desa ini, belakangan ini tidak pernah tersentuh air hujan. Saking panasnya, nyamuk pun enggan menyentuh kulit anak-anak santri.
Namun demikian kondisinya, tak menyiutkan para santri melafal dan menghafal Al Quran. Dibalik itu semua, sebagai orang tua, kami bangga, salah satu putera kami ambil bagian dalam proses mendalami ilmu Al Quran di Ponpes ini.
Sebab memiliki anak atau cucu penghafal Al-Qur'an merupakan keinginan almarhum mbah kakung atau kakeknya, semasa hidupnya boleh dibilang kyai di Desa, selain itu memiliki anak seorang hafidz sebuah kebanggaan bagi orang tua. Ada banyak keutamaan yang dijanjikan bagi penghafal Al-Qur'an dan orang tuanya, di antaranya, Â Rasulullah SAW bersabda,