Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melalui Purple Day, Hapus Stigma, Ayo Peduli Epilepsi

31 Maret 2024   15:32 Diperbarui: 31 Maret 2024   16:10 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Talk Show Purple Day di Makassar, 30 Maret 2024 (Dokumen Pribadi)

Hari Ungu "purple day" diprakarsai oleh Cassidy Megan, seorang gadis cantik asal Kanada yang ingin meningkatkan pemahaman tentang epilepsi setelah dirinya mengalami serangan kejang. Pada tahun 2008, Cassidy mengajukan gagasan kepada Asosiasi Epilepsi Nova Scotia untuk membuat hari khusus yang dikenal sebagai Purple Day "Hari Ungu" yang akrab dikenal Hari Epilepsi Sedunia.

Aksi yang dilakukan Cassidy Megan bertujuan dalam upaya menghilangkan mitos dan memberi tahu bahwa ODE tidak sendirian. Asosiasi Epilepsi Maritimes bergabung pada tahun 2008 untuk membantu mengembangkan ide Cassidy yang sekarang dikenal sebagai Hari Ungu.

Melatarbelakangi kondisi tersebut, Purple Day menjadi gerakan internasional yang didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Epilepsi di seluruh dunia. Kegiatan ini dirayakan jatuh pada tanggal 26 Maret setiap tahunnya.

Ungu bunga Lavender dipilih sebagai warna internasional untuk epilepsi. Bunga Lavender juga sering diasosiasikan sebagai lambang kesendirian dan kesepian yang mana perasaan itulah yang sering menghinggapi para penyandang epilepsi. Tujuan Cassidy untuk orang-orang yang menyandang epilepsi dimana pun berada mengetahui bahwa mereka tidak sendiri.

Atas dasar tersebut masyarakat di Makassar bersatu dalam purple day 2024 untuk menghapus stigma epilepsi.


Bahwa salah satu cara untuk mengurangi stigma terhadap epilepsi adalah semua pihak mulai sekarang berhenti menggunakan kata "Penderita Epilepsi" untuk merujuk" ke Orang Dengan Epilepsi" (ODE). Penyebutan yang benar adalah Penyandang Epilepsi. 

Sekali lagi, untuk membuktikan rasa peduli terhadap epilepsi mulai saat ini jangan biasakan menggunakan kata "Penderita Epilepsi", mulai sekarang sering-seringlah mengatakan ODE, tidak menyebutnya sebagai "Penderita" yang paling manusiawi adalah Penyandang Epilepsi.

Pagelaran ini dalam upaya menghapus stigma negatif dan meningkatkan kesadaran tentang epilepsi, berbagai lembaga di Makassar bersinergi menyelenggarakan acara tahunan Purple Day atau Hari Epilepsi Sedunia. Kerja sama antara Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Unismuh Makassar, Perhimpunan Epilepsi Indonesia (PERPEI) Makassar, Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (Perdosni), dan Komunitas Peduli Epilepsi Makassar menjadi titik temu bagi mereka yang berjuang melawan epilepsi, baik secara langsung maupun sebagai pendukung.

Testimoni dari Orang Dengan Epilepsi dan pendamping (Dokumen Pribadi)
Testimoni dari Orang Dengan Epilepsi dan pendamping (Dokumen Pribadi)

Dengan tema "Stop Stigma, Ayo Peduli Epilepsi", acara ini dihelat pada Sabtu, 30 Maret 2024, bertujuan untuk membuka wawasan dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang epilepsi. Kegiatan ini didukung oleh Abbott dan dibuka oleh dr. Muh. Ihsan Kitta, M.Kes., Sp.OT(k).FICS, Wakil Direktur Bidang SDM dan Sarpras RS PKU Muhammadiyah, yang menekankan pentingnya menghapus stigma epilepsi mulai dari lingkungan terdekat, terutama di dunia pendidikan.

Acara berlanjut dengan pemutaran video kompetisi yang menampilkan perjuangan ibu-ibu yang memiliki Anak Dengan Epilepsi (ADE), memenangkan hati hadirin dengan cerita mereka yang penuh motivasi dan haru. 

Testimoni dari Mama Gwenny dan Bu Santi, serta kisah Ns Nurhaya Nurdin, seorang Orang Dengan Epilepsi (ODE) yang berhasil menjadi Dosen Keperawatan di UNHAS dan pendiri Komunitas Epilepsi Indonesia (KEI), semakin memperkaya suasana dengan cerita perjuangan dan optimisme.

Photo bersama peserta Hari Epilepsi Sedunia di Makassar (Dokumen Pribadi)
Photo bersama peserta Hari Epilepsi Sedunia di Makassar (Dokumen Pribadi)


Puncak acara adalah talkshow dengan dua neurolog terkemuka, Dr. dr. A. Weri Sompa, M. Kes., Sp. N (K) dan dr. Imelda Farida A. Sp. N., M.Kes, yang memberikan pencerahan tentang epilepsi, gejala, penyebab, dan bagaimana cara menangani kejang epilepsi di ruang publik. 

Mereka (kedua) narasumber berbagi tips praktis dan menegaskan bahwa epilepsi bukanlah aib atau penyakit menular, melainkan kondisi yang bisa ditangani dengan tepat sehingga individu yang mengalami epilepsi dapat menjalani kehidupan normal.

Acara diakhiri dengan sesi tanya jawab interaktif, pemberian hadiah untuk pemenang quiz trivia, dan sesi foto bersama, menegaskan komitmen bersama untuk terus berjuang melawan stigma epilepsi dan mendukung mereka yang terdampak oleh kondisi ini. 

Purple Day 2024 di Makassar menjadi simbol solidaritas, pengetahuan, dan harapan untuk masyarakat yang lebih inklusif dan peduli terhadap epilepsi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun