Alangkah mudahnya manusia membunuh. Sepertinya manusia era generasi Milenial ini kurang sopan santun. Parahnya lagi besar kemungkinan lupa dengan rasa takut dan dosa yang mereka perbuat. Pembunuhan selalu didasari rasa cemburu buta, faktor ekonomi, kesal, jengkel sakit hati dan rasa dendam.
Pasalnya, sepengetahuanku selama ini "dendam dan sakit hati" selalu menjadi kambing hitam atas hilangnya nyawa seseorang.
Seperti peristiwa berdarah menimpa Sekuriti junior versus sekuriti senior Basarnas di Mamuju bernama Zulkarnain (40) tahun yang biasa disebut senior, boleh dikatakan mengerikan. Ihwalnya, sang senior tewas mengenaskan ditikam sebanyak 32 kali oleh juniornya Rahmat Maulana (23) tahun.
Padahal, Basarnas sendiri sebagai Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional, yang merupakan lembaga non kementerian. Tugas utamanya menjalankan operasi penyelamatan, pencarian, dan pertolongan. Ini kok, malah saling membunuh. Atas peristiwa berdarah tersebut tentu mencoreng citra baik kantor tempat mereka mencari gaji.
Konyolnya lagi, pembunuhan itu dilatarbelakangi masalah sepele, yakni sekuriti Junior merasa jengkel sering disuruh-suruh oleh Seniornya. Si Yunior merasa sakit hati kepada Seniornya sehingga menyimpan dendam. Tak tahan menyimpan dendam yang merambat menjadi penyakit hati, akhirnya Junior ini nekat menghabisi nyawa seniornya dengan menikamnya sebanyak 32 kali.
Sang Yunior Rahmat membabi buta melampiaskan dendam dengan menusuk sang Senior, Zulkarnain sebanyak 32 kali pada Minggu (24/12/2023) lalu.
Saking dendamnya, si Yunior, Rahmat yang mendapati si Senior Zulkarnain sedang memetik dawai gitar di kantor Basarnas Mamuju, Kecamatan Kalukku, langsung menusuk Zulkarnain.
Emosi Rahmat tak tertahankan, lantaran sebagai junior tak terima sering disuruh-suruh oleh Zulkarnain, sehingga terjadilah pembunuhan itu. Perbuatan Rahmat murni kesal dengan pelaku karena sering disuruh-suruh secara berlebihan.
Menghabisi nyawa seseorang merupakan tindakan diluar nalar sehat manusia, padahal menyuruh ataupun disuruh merupakan perbuatan baik membantu seseorang, namun kalau caranya tidak baik, kasar dan menghardik tentulah menyakitkan siapapun, termasuk sang Yunior, Rahmat ini.
Agar peristiwa berdarah tidak berulang lagi di dunia kerja, tetangga, organisasi masyarakat setidaknya, menyuruh seseorang itu ada etikanya tidak menyakiti perasaan orang lain. Contohnya menyuruh dengan cara yang halus tidak membentak atau bernada suara tinggi dan semena-mena.Â
Sebab membentak maupun berkata-kata kasar termasuk perbuatan tidak menyenangkan dalam bermasyarakat. Sementara menyuruh yang baik diawali dengan senyum, selanjutnya selalu ucapkan 'tolong' kepada seseorang yang akan kita suruh, ini yang sering dilupakan, apalagi sudah merasa berpangkat tinggi dan senior pula.
Apabila orang yang dimintai tolong menolak, ya harus terima jangan mencak-mencak agar dendam tidak tertanam dan amarah tidak membuncah.
Di dunia militer tidak mengenal kata 'suruh' tetapi 'perintah atau petunjuk komandan' itupun yang bisa memerintah hanya atasan/pimpinan, bukan sesama prajurit akar rumput.
Atas pembunuhan yang dilakukan sekuriti junior di kantor Basarnas Mamuju, Kecamatan Kalukku terhadap seniornya, adalah kesalahan komunikasi sehingga melahirkan sakit hati dan dendam kesumat yang melatarbelakangi pembunuhan.
Selain itu, dalam proses pembunuhan itu, menimbulkan tanya, karena pelaku dikenal sopan, baik dan ramah terhadap seniornya, begitupun sang korban, dikenal ramah dan sopan terhadap junior dan karyawan, jadi kira-kira dimana letak pemicu permasalahannya, masak sih gegara disuruh-suruh bisa menimbulkan dendam, kalau bukan karena akhlak dalam pergaulan sehari-hari masih perlu diperbaiki sebagai pemicu 32 penusukan.
Sungguh sangat disayangkan peristiwa pembunuhan bisa terjadi, padahal keduanya bertugas menjaga keamanan kantornya, kok malah saling bunuh. Ini sebuah tindakan berlebihan, hanya karena disuruh-suruh harus berujung membunuh rekan kerja sendiri.
Padahal untuk menjadi sekuriti atau penjaga keamaman dibutuhkan keahlian khusus setara militer. Namun ketika melakukan satu kesalahan saja yang dilakukan oleh penjaga keamanan atau sekuriti yang tidak kompeten dapat membahayakan nyawa dan harta benda. Salah satunya, ya peristiwa pembunuhan Sekuriti Junior versus sekuriti Senior Basarnas di Mamuju.
Sebagai warga negara yang baik, kami menilai bahwa muara dari serangkaian tindakan pembunuhan sekuriti senior Basarnas Mamuju oleh Juniornya didasari sering disuruh-suruh secara berlebihan, bahkan boleh jadi kasar, sehingga melahirkan sakit hati berujung dendam kesumat. Boleh-boleh saja memerintah atau menyuruh orang lain, tapi jangan lupakan tata krama atau sopan santun dalam meminta tolongnya, agar tidak menimbulkan sakit hati dan dendam. Mudah-mudahan di tahun 2024 ini, peristiwa serupa tidak berulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H