Monumen perjuangan Rakyat Sumatera Selatan tersebut menjadi saksi bisu perang yang berlangsung selama 5 (lima) hari 5 (lima) malam, bermula saat tentara belanda melanggar garis demokrasi sehingga terjadi pertempuran antara Tentara Republik Indonesia (TRI) dan penjajah Belanda, setelah perang yang semakin tidak kondusif akhirnya perang diakhiri dengan kesepakatan untuk menghentikan kontak senjata antara keduanya. Peletakan batu pertama pada tanggal 17 Â Agustus 1975, Pembangunan monumen selesai pada 1988, yang kemudian diresmikan oleh Alamsyah Ratu Prawiranegara dengan nama Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera).
Tepat di bawah patung Garuda pada dinding Monumen Perjuangan Rakyat Sumatera Bagian Selatan itu bertuliskan pesan, "Monumen Perjuangan Rakyat Sumatera Bagian Selatan. Fungsi menggali kembali kesadaran sejarah perjuangan dalam menegakan kemerdekaan nasional. Sifat mengingatkan semua aktivitas perjuangan hikmah agar menjadi suri tauladan bagi generasi penerus cita-cita bangsa. Maksud mengenang jasa-jasa para pahlawan bangsa sebagai titik nol generasi muda dalam mengisi kemerdekaan dan pembangunan"
Bangunan Monumen perjuangan rakyat sumatera selatan merupakan upaya mengingat kembali perjuangan para pahlawan yang telah gugur demi mempertahankan kemerdekaannya. Sehingga monumen tidak hanya menjadi sekadar bangunan sakral yang menggambarkan kejayaan masa lalu belaka, tetapi lebih dari itu, monumen bisa menjadi wadah untuk terus menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur perjuangan nasionalisme bangsa Indonesia.
Untuk itu agar Monpera ini tidak terasing di negeri sendiri payo kito rawat bersamo kebersihan dan keindahan bangunan bersejarah yang posisinyo bercerai-berai di "Bumi Sriwijaya" Palembang dari tangan-tangan jahil yang tidak bertanggungjawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H