kawan yang menuliskannya di linimasa facebooknya pada Jumat kemarin. Karena tulisannya begitu menginspirasi, maka saya pun izin untuk copas menayangkannya di flatform kompasiana. Setelah mendapat lampu hijau, saya mencoba menayangkannya. Harapannya semoga bermanfaat. Begini ceritanya.
Penayangan cerita ini, sebelumnya sudah izinApa yang ditetapkan menjadi rezekimu, niscaya akan mendatangimu. Betul yang dituliskan kawan saya di media sosialnya.
Bagaimana pun usahamu untuk menghindarinya. Dan apa yang bukan bagian rezekimu, tak kan kau dapatkan bagaimanapun kerasnya usaha dan pengharapanmu untuk menggapainya.
Pernahkah kita mengalami seperti ini? Pasti sangat sering. Bahkan seharusnya saya mengatakan selalu.
Kawan saya menuliskan kisahnya, bahwa pada suatu hari, kawan saya menerima 'kerjaan' dari seorang teman. Namun kawan saya ini meniatkannya memang sekedar membantu. Tak mengharap fee dari pekerjaan tersebut.
Hingga ketika kerjaan tersebut telah selesai, dia meminta nomor rekening untuk transfer. Namun, kawan saya tak memberikan. Pun waktu diminta via WA, kawan saya juga tak menuliskannya. Sebab memang niat hanya sekedar membantu teman. Berbilang hari, malah "amplop" yang sampai ke rumah. Kata teman saya, ini hakmu.
See? Apa yang menjadi rezekimu, akan tetap sampai padamu. Bagaimanapun caramu menolaknya
Di lain hari, kawan saya pernah dengan payah "mengejar" 3 pekerjaan yang sangat dia inginkan dan yakin pasti bakalan berhasil. Capek, jumawa, sangat berharap dan lain sebagainya. Hasilnya? Tak satupun yang kawan saya mendapatkannya.
Kan? Apa yang bukan rezekimu, tak akan pernah sampai kepadamu. Bagaimanapun usahamu untuk menggapainya
Demikianlah. Rezeki itu bekerja sesuai dengan kehendak Sang Pemberi Rezeki. Maka jamak kita saksikan, banyak orang pandai dan berilmu namun rezekinya "sempit". Dan tak sedikit orang yang biasa saja namun rezekinya "lapang dan luas".
Kata Gus Baha, ini untuk menunjukkan bahwa Allah SWT yang menentukan pembagian rezeki. Bukan usaha manusia. Kita, hanya kebagian ikhtiar. Hasilnya, tetap mutlak ditentukan oleh Allah SWT
Namun, rezeki tak sekedar harta atau apa yang bisa kita makan. Ada rezeki yang nilainya jauh lebih tinggi. Semisal Allah menggerakkan hati dan badan kita untuk sujud dalam sholat, menggerakkan lisan untuk bertasbih memuji keagunganNya. Ada rezeki berupa kesehatan yang prima. Rezeki berupa sangka baik pada sesama manusia. Dan banyak lagi jenisnya.
Tujuannya, untuk "menilai" kita manusia apa kita bersyukur dengan itu semua ataukah kita menjadi ingkar karenanya...
Happy Jum'at... Mari lafadzkan sholawat sebanyak-banyaknya pada Sang Junjungan, Muhammad SAW. Seraya berdoa semoga kita semua dikaruniai "rezeki" untuk membersamainya di Jannah kelak. Aamiin.
Terimakasih kawan atas tulisannya yang indah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H