Secara tidak langsung bapak ini ingin menumbuhkan minat baca kepada setiap orang yang melintas di depannya, tidak usah dijabarkan panjang lebar bahwa saat ini membaca koran mulai tergerus oleh informasi adanya gadget atau gawai.
Tanpa sepengetahuan daeng becak, saya bidik menggunakan telepon genggam dari atas pete-pete atau angkutan umum. Maaf ya pak, tanpa izin saya memotret menggunakan lensa gawai mengabadikan pengemudi becak membaca koran di tengah pandemi covid-19.
Membudayakan membaca memang bisa dari mana saja, pengemudi bentor berkaos merah ini menunjukkan itu, usia boleh tua dan becak motornya bukan menjadi halangan untuk terus menularkan virus membaca.
Membaca sebuah kebutuhan, dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, jangan pernah berhenti membaca, karena dari membaca manusia bisa berkembang mengikuti perkembangan zaman, terlebih perkembangan Revolusi Industri 4.0 yang mustahil terhindarkan.
Tidak penting mana sebutan yang tepat untuk profesi satu ini, tukang becak, penarik becak, pendorong dan pengayuh becak. Terserahlah!.
Intinya, di tengah kemacetan jalan Bulusaraung Makassar menuju Sudiang, becak motor ini menjadi perpustakaan keliling. Pengemudinya lebih memilih berteduh sambil membaca koran. Salut Daeng, lanjutken hingga akhir menutup mata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H