Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Soal Penolakan Pemakaman Jenazah Corona, Ini Kata Mereka

11 April 2020   12:01 Diperbarui: 15 April 2020   19:34 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo (sumber:pikiran-rakyat.com).

Betapa terkejutnya Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mendapatkan laporan penokan terhadap perawat berinisial NK, (38) tahun. Perawat ini meninggal dunia di RSUP Dr. Kariadi Semarang, Jawa Tengah, Kamis, 9 April 2020 kemarin pukul 12.25 WIB. Perawat ini meninggal karena menangani pasien positif virus corona COVID-19.

Karuan saja, orang nomor satu di Provinsi Jawa Tengah ini merasa bersalah atas penolakan warga Ungaran terhadap jenazah mendiang perawat NK. Padahal ia merawat pasien Covid 19 sekaligus mengabaikan keselamatan nyawanya sendiri.

Dalam video di medsosnya, Ganjar Pranowo sangat sedih sekaligus meminta maaf atas penolakan jenazah perawat Covid-19. Ganjar mengatakan, perlakuan ini membuat tatu ati (hati terluka) dan ngrogoh roso kamangnusan yang kita miliki. 

Pertanyaannya, apakah dengan kata maaf masalah kemanusiaan ini akan selesai?

"Pengurusan jenazah pasien Covid-19 sudah dilakukan dengan standar yang aman, baik dari segi agama maupun medis. Pencucian secara syar'i  dibungkus dengan plastik yang tidak tembus air masukkan peti dan seperti yang di tegaskan oleh para ahli kesehatan, ketika jenazah itu dikubur  secara otomatis virusnya akan mati, karena inangnya juga mati," kata Gubernur Jawa Tengah.

Selanjutnya, Gubernur Jawa Tengah ini menegaskan bahwa kalau jenazah tersebut dikubur dalam tanah, virusnya akan mati tidak bisa keluar untuk menjangkiti warga.  

"Majelis Ulama Indonesia pun berfatwa mengurus jenazah itu wajib hukumnya sentara menolak jenazah itu dosa," tegas Ganjar Pranowo.

Ganjar Pranowo berharap kejadian penolakan jenazah di Ungaran ini untuk terakhir kalinya jangan lagi ada penolakan jenazah, apalagi Seorang perawat yang seharusnya kita hormati atas jasa-jasanya sebagai pahlawan kemanusiaan, Dia adalah seorang pejuang karena berani mengambil resiko besar dengan merawat pasien covid 19.

"Padahal perawat tersebut tahu itu akan mengancam keselamatannya, para perawat dokter dan rekan-rekan medis tersebut tidak pernah menolak pasien. Kenapa kita begitu tega menolak jenazah mereka yang telah berkorban untuk menyelamatkan kita," pesan Ganjar dalam video yang berdurasi 3 menit 49 detik.

Semestinya kita memberikan penghormatan dan penghargaan kepada seluruh tenaga medis di manapun berada, juga mendo'akan agar mereka selalu diberikan kekuatan kesehatan. Kepada perawat, dokter, tenaga medis secara bijaksana mewakili seluruh masyarakat Jawa Tengan Gubernur Jawa Tengah ini meminta maaf.

Selanjutnya, bagi pihak-pihak yang mengurus pemakaman jenazah Covid 19 untuk berkomunikasi dengan pemerintah Desa dan tokoh masyarakat setempat. Kalau warga sudah paham gubernur Jawa Tengah meyakini pasti akan menerima jenazah tersebut dan mencegah berkembangnya isu yang tidak benar atau hoax, berita ini yang seringkali memecah-belah masyarakat.

Kembali diingatkan kepada warga Ungaran jangan lagi ada penolakan jenazah karena saat ini karena saat ini roso kamangnusan kita benar-benar diuji.

Miris memang, ketika jenazah mendiang perawat mendapat perlakuan tak adil dari warga. Perawat ini mendapatkan penolakan dari warga untuk dimakamkan di pemakamam daerah Ungaran, Kabupaten Semarang. Hal ini tentu sangat dikecam berbagai pihak, bahkan netizen turut geram atas penolakan jenazah pahlawan corona ini.

Terpaksa jenazah perawat NK dikembalikan ke kamar jenazah RSUP Dr. Kariadi. Jumat (10/4/2020). Perawat NK akhirnya dimakamkan di tempat pemakaman Keluarga Pegawai RS Kariadi Semarang.

Dan, sebenarnya, tak ada alasan memberikan stigma negatif berlebihan pasien positif Covid-19, terlebih kepada seorang perawat.

Maaf saja, tindakan penolakan jenazah pejuang kemanusiaan seperti perawat NK oleh warga yang kurang mendapatkan pemahaman soal jenazah Covid-19 tidak memiliki rasa kemanusiaan dan cenderung melawan hukum.

Stigma negatif sebuah perbuatan diskriminasi terhadap almarhum NK, seorang perawat dengan jiwa patriot secara nyata berjuang di garis depan melawan COVID-19.

Demi menujukkan rasa prihatinnya, beberapa akun medsos WAG mengatakan, sebut saja Shanty, kurangnya pemahaman soal covid 19 asal di bilang corona saja, pasti menakutkan.

Pemilik akun Yanti, saya sangat tidak setuju dengan adanya penolakan, tapi mestinya ada sosialisasi mengenai virus covid 19, apakah virus itu mati dengan meninggalnya penderita atau bagaimana, itu yang masyarakat tidak tau sehingga sering terjadi penolakan. Tapi saya pribadi, sangat tidak setuju dengan penolakan.

Pemilik akun Ismi, menuliskan alangkah lucunya, giliran pejuang kesehatan yang wafat, malah ditolak gara-gara positif covid-19 , bagaimana kalo dibalik giliran perawat yang menolak semua pasien Covid 19, semakin ramai jadinya aksi penolakan. Tetapi untungnya para tenaga medis semua berjuang tanpa pamrih tanpa mengenal waktu tanpa berharap lencana penghargaan. Semua dikerjakan karena panggilan nurani yang tulus dalam melayani masyarakat. Kalau sudah sesuai protap Kemkes berarti sudah safety jenasahnya.

Kemudian, Hiras mengungkapkan, penolakan itu terjadi karena kurang pengetahuan shingga menimbulkan ketakutan,  disinilah peran puskesmas, dinas kesehatan, dan pemangku jabatan mulai dari RT smpai kepala daerah setempat dalam melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang penyebaran virus pada jenazah dan pengelolaan jenazah sebelum dibawa ke tempat pemakaman.

"Penderita COVID-19 rasanya sperti zombie dimata Masyarakat, padahal ini bukan penyakit aib," tulis Hiras.

Gina menuturkan peristiwa serupa terjadi di Toraja, saya sangat tidak setuju dengan penolakan tersebut kebetulan yang di tolak kemarin itu salah satu jemaat kami di gereja Toraja mantan Anggota Dewan, saya sangat sedih karena kurangnya sosialisasi kepada warga berimbas main hakim sendiri tidak ada hati nurani sama sekali apalagi kemarin itu cuman anak dan istri almarhum. saya menangis liat videonya seharusnya ada yang terjun langsung  mensosialisasikanny agar tidak terjadi lagi kayak kemarin kasian keluarga almarhum.

Pemik akun WAG, Aya menuturkan Penolakan terhadap jenazah pasien maupun tenaga kesahatan yang terdampak covid 19 sangat mencederai sisi kemanusiaan kita. Ini terjadi karena kurangnya informasi yang dimiliki masyarakat di lapisan bawah.

"Perlu cara yang progresif untuk mengedukasi maysarakat dengan pelibatan berbagai pihak sprt aparat TNI/Polisi, pemerintah daerah sampai ke lapisan Rt/RW, Babinsa, pelibatan tokoh masyarakat dan tokoh agama sampai kader-kader masyarakat untuk mengedukasi maayarakat secara masif dan mengurangi dampak stigma sosial covid19.

Pemilik akun Nurwanto, heran kenapa ditolak ya, kan sudah ada prosedur pemakaman. Insyaallah aman . Mereka membantu pasien tanpa menolak . Bisa bayangin kalo mereka menolak pasien covid-19, Saat ini mereka menggunakan pita Hitam tanda duka atas penolakan.

"Di Samarinda itu infonya walikota menyiapkan TPU khusus covid . Mudah-mudahan ditempat lain juga ada biar ndak ribut soal pemakaman, Keluarga yang ditinggalkan tidak sedih berkepanjangan," tulis Wanto dalam WAG.

Fadhil turut menuliskan, kalo aku sedih ya . ..pengertian masyarakat masih simpang siur . . malah di daerah aku pada masa bodo . .masih berkerumun tnpa masker.

Akun WAG lain menuliskan beberapa poin atas penolakan tersebut,  pertama, mereka menolak karena tidah mengerti. Kedua, larena ikut-ikutan takut. Ketiga, tidak belajar atau mempelajari bahwa virus tersebut hanya hidup lewat media droplet atau dahak.

Demikian pula kata Nita, seharusnya kita berikan hormat untuk seluruh tenaga medis dimanapun berada, mereka menjalani sumpah untuk pengabdian profesinya yang mulia. Tahu risiko yang mereka hadapi kalau mereka pasti/tidak pasti akan terpapar COVID-19. Seluruh keringat yang mereka taruhkan "Demi Raga yang lain,"  tentang penolakan jenazah tenaga medis itu sungguh mati nurani.

Sampai suaminya yang gali kubur untuk istrinya di belakang RSUP Dr Kariadi bersama teman sejawatnya, sesuai WHO jenazah di makamkan harusnya dengan tenaga medis dengan APD lengkap sungguh miris dengan berita ini di hari kemarin.

Please, saatnya kita bergerak bersama bukan bergerakkan mati nurani. Hidupkan nurani kalian. Tenaga medis menerima pasien tanpa penolakan. Tetapi masyarakat menolak jenazah tenaga medis yang mulia. Hidupkan matinurani kalian. #SavePerawatIndonesia.

Ayu turut menuliskan, Ya allah pagi ini saya nangis melihat beritanya,  seorang ibu yang sudah renta menangis memohon kepada orang banyak agar jenazah anaknya bisa dimakamkan

"Anaknya bukan penjahat, almarhum adalah pahlawan, seorang perawat yang telah berjuang di garda terdepan di Rumah Sakit, bekerja dengan sungguh-sungguh hingga tidak memikirkan kesehatannya sendiri. Almarhum,bmati syahid surga balasannya. Tetapi tetangganya malah menolak jenasahnya," jelas Ayu.

Mari kita doakan agar almarhum husnul khotimah dan keluarganya diberi ketabahan. Jangan sampai Pandemi Covid-19 ini menjadikan kita mati hati nurani

Banyak orang bersedih dan teriris, mana kala dokter, perawat, para medis dan sukarelawan berjuang di garda terdepan dengan peralatan yang serba terbatas, namun tanpa sedikitpun penghargaan bagi profesi pasukan berjas putih ini yang telah gugur mempertaruhkan nyawanya.

Semoga semua pimpinan di setiap wilayah dapat mengantisipasi kejadian seperti ini agar tidak terulang kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun