Gina menuturkan peristiwa serupa terjadi di Toraja, saya sangat tidak setuju dengan penolakan tersebut kebetulan yang di tolak kemarin itu salah satu jemaat kami di gereja Toraja mantan Anggota Dewan, saya sangat sedih karena kurangnya sosialisasi kepada warga berimbas main hakim sendiri tidak ada hati nurani sama sekali apalagi kemarin itu cuman anak dan istri almarhum. saya menangis liat videonya seharusnya ada yang terjun langsung  mensosialisasikanny agar tidak terjadi lagi kayak kemarin kasian keluarga almarhum.
Pemik akun WAG, Aya menuturkan Penolakan terhadap jenazah pasien maupun tenaga kesahatan yang terdampak covid 19 sangat mencederai sisi kemanusiaan kita. Ini terjadi karena kurangnya informasi yang dimiliki masyarakat di lapisan bawah.
"Perlu cara yang progresif untuk mengedukasi maysarakat dengan pelibatan berbagai pihak sprt aparat TNI/Polisi, pemerintah daerah sampai ke lapisan Rt/RW, Babinsa, pelibatan tokoh masyarakat dan tokoh agama sampai kader-kader masyarakat untuk mengedukasi maayarakat secara masif dan mengurangi dampak stigma sosial covid19.
Pemilik akun Nurwanto, heran kenapa ditolak ya, kan sudah ada prosedur pemakaman. Insyaallah aman . Mereka membantu pasien tanpa menolak . Bisa bayangin kalo mereka menolak pasien covid-19, Saat ini mereka menggunakan pita Hitam tanda duka atas penolakan.
"Di Samarinda itu infonya walikota menyiapkan TPU khusus covid . Mudah-mudahan ditempat lain juga ada biar ndak ribut soal pemakaman, Keluarga yang ditinggalkan tidak sedih berkepanjangan," tulis Wanto dalam WAG.
Fadhil turut menuliskan, kalo aku sedih ya . ..pengertian masyarakat masih simpang siur . . malah di daerah aku pada masa bodo . .masih berkerumun tnpa masker.
Akun WAG lain menuliskan beberapa poin atas penolakan tersebut, Â pertama, mereka menolak karena tidah mengerti. Kedua, larena ikut-ikutan takut. Ketiga, tidak belajar atau mempelajari bahwa virus tersebut hanya hidup lewat media droplet atau dahak.
Demikian pula kata Nita, seharusnya kita berikan hormat untuk seluruh tenaga medis dimanapun berada, mereka menjalani sumpah untuk pengabdian profesinya yang mulia. Tahu risiko yang mereka hadapi kalau mereka pasti/tidak pasti akan terpapar COVID-19. Seluruh keringat yang mereka taruhkan "Demi Raga yang lain," Â tentang penolakan jenazah tenaga medis itu sungguh mati nurani.
Sampai suaminya yang gali kubur untuk istrinya di belakang RSUP Dr Kariadi bersama teman sejawatnya, sesuai WHO jenazah di makamkan harusnya dengan tenaga medis dengan APD lengkap sungguh miris dengan berita ini di hari kemarin.
Please, saatnya kita bergerak bersama bukan bergerakkan mati nurani. Hidupkan nurani kalian. Tenaga medis menerima pasien tanpa penolakan. Tetapi masyarakat menolak jenazah tenaga medis yang mulia. Hidupkan matinurani kalian. #SavePerawatIndonesia.
Ayu turut menuliskan, Ya allah pagi ini saya nangis melihat beritanya, Â seorang ibu yang sudah renta menangis memohon kepada orang banyak agar jenazah anaknya bisa dimakamkan