Disusul perwakilan Instansi, kami mengapresiasi atas inisiasi dari Rumah Produktif  Indonesia serta kesediaan Ishaq Rahman, Kepala Humas Unhas, pada diskusi malam hari ini.
Para anggota diskusi online RPI. Terkait pemberitaan dimasa Krisis apakah ada langkah-langkah khusus atau formula di dalam sinergitas antar semua pihak , sehingga informasi yang sampai ke Publik menjadi terarah dan terukur?
Senada dengan penanya sebelumnya, kali ini disinggung keterkaitan persoalan regret, ini yang banyak di abaikan dan jarang di lakukan, karena berkaitan dengan "citra" dari sebuah institusi. Selain itu, banyak sekali kasus yang terjadi misalnya kesalahan dalam menyampaikan informasi.
Bukannya meminta maaf atau mengklarifikasi, tetapi masing-masing dari kita saling mengklaim kebenaran informasi.
Sementara berikutnya ditanyakan, baru-baru ini ada aksi penolakan masyarakat terkait rencana dijadikannya beberapa lokasi untuk tempat karantina/Isolasi ODP dan PDP.
Masyarakat kita seakan-akan begitu takutnya dengan Covid19, dan saya lihat pada situasi itu, ada beban secara psikologi atau mungkin karena faktor yang lain.
Bagaimana menurut narasumber menanggapi situasi itu dalam membangun hubungan yang saling merawat dan mendukung.
Berikut jawaban narasumber yang merupakan praktisi Humas di Kampus merah Makassar ini.
Hal pertama yang saya sampaikan adalah informasi yang ada. Â Mungkin saja itu informasi buruk dan tidak menguntungkan bagi lembaga, tapi selalu dahulukan hal yang memang ada. Hindari semaksimal mungkin menyampaikan sesuatu yang tidak ada.
Kebetulan saya selama ini belum pernah mengalami hal ini. Institusi saya adalah institusi publik (Unhas adalah PTN).
Terkait hal ini, saya selalu  menggunakan 2 metode. Pertama, sebagai praktisi Humas, kita seharusnya yang menjadi sumber informasi pertama. Artinya, jika ada sesuatu yang salah dengan lembaga kita, jangan biarkan publik (media) mengetahuinya dari pihak lain.
Biarkan mereka mengetahuinya dari kita, agar kita dapat mengelola dampak informasi yang keluar.