Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Epilepsi Itu Urusan Dokter, Membentuk Karakter Itu Urusan Ortu dan ODE

1 Maret 2020   20:13 Diperbarui: 1 Maret 2020   20:12 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ortu yang baik akan memberikan segala sesuatu yang diminta anaknya, asal anaknya senang walaupun itu salah. Ortu yang benar akan menegur anaknya jika ia salah tanpa peduli pada sakitnya, karena ia lebih berpikir akan masa depan anaknya.

Kesalahan dalam bersosialisasi jangan digabung dengan penyakit epilepsi. Epilepsi itu urusan dokter, tapi membentuk karakter yang benar itu urusan Ortu dan ODE nya sendiri.

Iya juga sih, tapi buat apa juga kita tahu juga nggak penting, yang penting buat ODE itu makan obat disiplin, kontrol emosi, pola hidup dijaga.

Sementara jenis epilepsi dan obatnya biar dokter yang menentukan. Nanti malah tambah pusing dan takut. Lebih baik nggak usah tahu, yang penting minum obat anti epilepsi (OAE).

Emisional, baper, tidak mau kalah, egois dll. Itulah bentuk cacian yang biasa mengarah kepada ODE. Mengeluh, berputus asa, marah, sedih bukanlah jalan keluar dari permasalahan. Malah hal-hal seperti itulah yang merangsang syaraf otak menjadikan tidak stabil dan menyebabkan kejang.

Tapi sulit dipungkiri bahwa dulu juga saya sendiri pernah merasakan hal-hal itu. Cara untuk mencegahnya yaitu rubahlah pola pikir, berpikirlah bahwa epilepsi bukanlah penyebab hidup kita terpuruk, tetapi ketidak mauan untuk berusaha justru membuat ODE sulit untuk keluar dari masalah.

Seandainya kita kumatpun itu paling cuma beberapa menit, sedangkan waktu kita dalam sehari dihabiskan untuk meratapi dan bersedih karena epilepsi itu.

Untuk anak-anak yang masih sekolah, tetaplah sekolah, supaya kelak bisa mandiri. Orang normalpun jika tidak sekolah pasti akan sedikit sulit untuk mencari pekerjaan layak, apalagi kita yg dengan epilepsi terus tidak mau sekolah?

Untuk orang dengan epilepsi yang sudah tidak sekolah, cobalah bekerja minimal bisa berpenghasilan sendiri, jangan dibiasakan hidup tergantung orang lain, baik itu ortu, saudara atau siapapun.

Bekerjalah, pilihannya cuma 1 yaitu harus aman, jika kebetulan kumat atau anfal setidaknya tempatnya aman dan tidak membuat cedera yang membahayakan nyawa ODE itu sendiri.

Ternyata bukan epilepsi yang membuat ODE dijauhi tapi karena karakternya yang berubah, sangat sensitif, mudah marah, egois, mudah tersinggung seperti pentol korek, sedikit tergesek langsung meledak. Secara logika siapa yang mau menemani orang mudah marah, egois, baper, mudah tersinggung?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun