Meski era terus berganti, keberadaan Es'Poteng Lame Kayu' kudapan legendaris khas Makassar  ini ternyata tetap bertahan dan tak lekang dimakan waktu, setia menani pelanggannya dari dulu hingga sekarang.
Siang terik membakar jalanan di salah satu sudut perumahan di Kota Makassar, udara siang begitu menyengat kulit hingga menusuk pori-pori, dampaknya membuat tubuh gerah, apalagi memasuki bulan Juni-Juli  mendekati musim pancaroba dari musim penghujan ke musim kemarau. Sabtu (29/6/2019).
Dari kejauhan tampak sosok seorang penjual dengan klintingan Es  yang memakai kendaraan sepeda motor, suara klintingan Es sang penjual poteng Lame kayu ini mengingatkan kita dikala Lonceng TK jaman dahulu sewaktu kita kecil, lonceng tersebut menandakan waktu keluar main ataupun pulang kerja. Yang jelas bukan "lonceng kematian."
Umumnya  dahulu Penjual Es Poteng menjajakan dagangannya menggunakan sepeda kumbang. Di bagian belakang sepeda ditempatkan sebuah kotak kayu berpenutup yang berisi sepotong es balok dan beberapa botol sirup rapi berjejer mengundang selera.Â
Di bagian depan sepeda tergantung ember plastik  bermuatan Tape Ubi kayu yang ditutupi dengan lembaran daun pisang untuk menjaga kondisi Poteng tetap prima.
Di zaman milenial sekarang ini sosok Penjual Es Tape Ubi Kayu atau dalam istilah khas Makassar dikenal 'Poteng Lame Kayu' sudah jarang menggunakan Sepeda Pancal seperti Penjual jaman dahulu. Kemungkinan faktor praktis dan hemat tenaga, akhirnya mereka telah beralih ke mode transportasi mesin motor.
Bahan baku poteng Lame kayu, di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan, ada dikenal istilah "Ubi Mentega", yaitu jenis ubi yang dikenali setelah dimasak, dan rasanya gurih. Biasanya menjadi pilihan untuk dibuat Poteng atau tape ubi.
Menurut pemahaman orang jika menyebut tape, maka yang dimaksud adalah ketan atau beras ketan yang difermentasi.
Padahal yang sebenarnya Bahan-bahan sumber pati, seperti ubi kayu, ubi jalar, dan ketan dengan melibatkan ragi dalam proses pembuatannya maka disebut Tape.
Yang kita nikmati sekarang ini dari bahan ubi kayu disebut Tape Ubi Kayu atau Poteng. Untuk membuat Poteng caranya sangat mudah, Ubi mentega merupakan bahan dasarnya, jika ukurannya terlalu besar maka biasanya dipotong-potong kecil sebelum direbus selama satu jam. Setelah masak, terlihat empuk, lalu didinginkan.
Ubi kayu rebus yang sudah didinginkan lalu dimasukkan dalam wadah bersih yang dilapisi daun pisang. Setelah kering baru ditambah ragi manis yang sudah dihaluskan dan difermentasi selama 2-3 hari.
Untuk membuatnya menjadi Es Poteng cukup dengan menempatkan beberapa potong tape di mangkok kemudian es serut, sirup (lebih nikmat jika menggunakan sirup lokal DHT) dan sedikit susu kental manis.
Demikian  cara membuat Poteng khas Galesong Kabupaten Takalar, menurut penuturan sang penjual Daeng Narang.
Kalau di Pasar tradisional kemasannya biasanya menggunakan bungkusan daun pisang atau kantong plastik sedangkan di caf dan resto, Es Poteng dikemas dengan menggunakan wadah mika. Poteng ubi kayu dapat ditemukan di hampir semua daerah di Sulawesi Selatan di antaranya di Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Maros, Pangkep, Bone, Palopo dan beberapa daerah lainnya.
Mengkonsumsi  dalam porsi terbatas, Poteng dipercaya berkhasiat menghangatkan tubuh, mengobati sakit maag dan menyembuhkan jerawat.
Daeng Narang beralamat di Galesong Selatan, Kabupaten Takalar Desa Parangbambi atau dapat dihubungi melalui selulernya.
Ingin melestarikan kuliner Es Lokal legendaris, tidak ada salahnya anda menghubungi Daeng Narang, dengan senang hati beliau menunggu pesanan anda. Selamat mencoba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H