Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bacalah dan Rasakan Sensasi Untaian Kalimat Penulisnya

23 April 2019   18:17 Diperbarui: 23 April 2019   18:40 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bacalah dan Rasakan Sensasi Untaian Kalimat Penulisnya/dokpri

Pesatnya perkembangan teknologi informasi seperti sekarang, semua kebutuhan berita begitu mudah tersaji di dunia maya.

Gawai pintar atau ipad,  telah menggerus keberadaan buku. Tidak salah dengan teknologi, memang sudah jamannya.

Setidaknya kebutuhan buku hingga sekarang masih menjadi sumber rujukan bagi para penulis level dunia.

Masak sih, generasi sekarang melupakan begitu saja keberadaan buku. Bak kacang lupa akan kulitnya. Tega loh!

Negara maju saja begitu menghargai keberadaan buku. Hal ini dibuktikan dengan peringatan Hari Buku se-Dunia.

Hari buku se-dunia ini jatuh pada tanggal 23 April. Moment penting ini bagi kutu buku untuk kembali menggaungkan budaya membaca buku, dalam artian berwujud fisik, bukan media daring.

Lebih kurang terdapat 50 buku bacaan koleksi pribadi
Lebih kurang terdapat 50 buku bacaan koleksi pribadi
"Pasti ada umpatan, untuk apa membaca buku buang-buang waktu saja, tapi itu sebuah pemikiran picik. Alias bagai katak dalam tempurung"

Perintah membaca buku pertama turun pada Kitab Al-Qur'an yaitu Q.S. Al-Iqra yang artinya Membaca.  Kemudian perintah Kedua turuh Q S. Al-Qalam yang artinya Menulis. Sungguh, Tuhan Maha Tahu dari manusia yang konon "serba tahu." Maka manusia sebagai makhluk fana seharusnya mau membaca Al Qur'an, buku serta koran, kemudian menulisnya.

Sejauh ini jika para generasi jaman now sadar akan manfaat membaca dan menulis. Cobalah mengenali buku dengan masuk pada ruas-ruas buku, disitu akan kita jumpai sensasi dari penulisnya.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengenali diri sendiri, tanpa harus ikut-ikutan pergaulan negatif.

Saya hanya mampu menyarankan cobalah untuk membaca buku, dari membaca kita akan berimajinasi dan larut dalam sensasi penulisnya. Dari bacaan ini, kita dapat menemukan jati diri tanpa intervensi maupun intimidasi dari pihak-pihak yang berseteru.

Kita tak bisa memaksakan kehendak, untuk mau membaca buku maupun bermain game. Itu hak mereka di negara yang merdeka 74 lamanya. Sebab barang siapa menebar kebaikan akan memanen kebaikan, sebaliknya bagi penebar keburukan tentu akan menuai keburukan.

Momentum Hari Buku se-Dunia, menyadarkan kita membaca dan menulis buku, seperti kata-kata bijak "Buku adalah Jendela Dunia."

Setidaknya dengan membaca kita tidak mudah dibodohi orang lain, maka obatnya harus tahu, bagaimana kita tahu?, Ya, harus membaca.

Sebetulnya tingkat minat baca orang Indonesia tinggi, hanya saja arah bacaannya pada pesan status di sosial media masing-masing. Bukan arah bacaan yang sifatnya produktif, seperti buku fisik maupun digital, berita online, dan lain-lain.

Jika generasi millenial di Indonesia ingin melihat Indonesia seperti negara-negara maju, maka jagan hanya disuguhi tontonan-tontonan sampah berupa caci makian saja.

Diperlukan asupan untuk otak manusia dengan cara mengkonsumsi buku-buku bacaan yang sehat juga diimbangi siraman qolbu dari para ustadz membuat kita mampu bersaing dengan generasi millenial negara asing.

Tinggalkan segala aktivitas yang bersifat menggerus karakter bangsa sendiri. Sebab tutur kata dan etika kita sendiri yang membuat terjerumus dalam lembah nista.

Kembali untuk mengingatkan dan menyadarkan agar segeralah bangkit dari "nina bobo" serbuan komoditas asing.

Sebagai kaum intelektual, sebaiknya jagan ikut-ikutan dengan pemuda-pemudi yang kegiatannya hanya foya-foya menghabiskan uang belanja orang tuanya. Bukan saya melarang bersenang-senang. Ingat, sebagai generasi yang terpelajar, nasib masyarakat kaum bawah dan lemah di tentukan dari etika pimpinannya.

Maaf pembahasan melebar dari topik. Tapi perlu di sampaikan. Bahwa yang harusnya minat baca buku meningkat justru tergerus domimasi game online, sebut saja Pubg, Clash Royale, Mobile Legend, Free Fire dan seterusnya. Budaya ini salah satu penyebab krisis membaca tidak menutup kemungkinan krisis moral di negeri Ibu kita Kartini.

Dilansir wikipedia, Hari Buku Sedunia dikenal pula dengan Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia dan Hari Buku Internasional, merupakan hari perayaan tahunan yang jatuh pada tanggal 23 April yang diadakan oleh UNESCO untuk mempromosikan peran membaca, penerbitan, dan hak cipta.

Hari Buku Sedunia atau National World Book Day dirayakan pertama kali pada tanggal 23 April 1995.

Sadar atau tidak sebelum lahirnya internet, para pegiat Literasi terlebih dahulu mengenal dunia dengan cara membaca buku. Yang di perlukan adalah membaca buku!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun