Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Tedong Pallubasa, Hidangan Bersejarah yang Menggoda Selera

27 Januari 2019   10:13 Diperbarui: 27 Januari 2019   10:37 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tedong Pallubasa (dokpri)

Cuaca hujan sekarang ini menyebabkan kondisi kian mencekam, lantaran dinginnya suhu di Makassar, tak ubahnya negara eropa.

Guna mengimbangi dinginnya cuaca belakangan menghantui Kota Daeng, enaknya hunting kuliner yang mampu menghangatkan tubuh kita.

Upaya tersebut, sekiranya tepat rasanya mencicipi 'Tedong Pallubasa' jenis kuliner satu ini terbilang mampu menghangatkan tubuh yang membeku, itu yang dilakukan teman saya dikala libur sekaligus menginformasikan kepada publik sebagai bahan literasi kuliner nusantara.

Tedong Pallubasa (dokpri)
Tedong Pallubasa (dokpri)
Dari ratusan kuliner yang tersebar, kuliner satu ini berbeda dengan lainnya. Sehingga membuat perut keroncongan ini kian penasaran dibuatnya, saking tak tahan lantas bergegas memasuki sebuah warung yang terletak di lorong kecil yang didominasi warna hijau ini mengganjal perutku, rupanya perut ini sedari rumah tadi tak kuasa untuk merasakan semangkuk Tedong Pallubasa. Kata Tedong  jika diartikan ke dalam bahasa Makassar berarti Kerbau. Betul sekali, bahwa (Palbas) Pallubasa ini berbahan dasar daging kerbau.

Tentunya untuk mendapatkan daging kerbau tidaklah mudah, dimana kerbau ini posisinya tergerus oleh daging sapi. Padahal, essensinya kerbau itu lebih tangguh dari sapi.

dokpri
dokpri
Bayangkan saja, sebelum lahirnya "robot-robot" pembajak sawah, kerbau menjadi sahabat petani, kerbau-kerbau ini begitu sabarnya membajak sawah hingga setia menemani petani hingga memanen padi.

Lagi-lagi, keberadaan kerbau tergerus oleh sapi dan robot-robot bermesin membuyarkan habitat kerbau. Walhasil, selain dimanfaatkan tenaganya, rupanya kerbau dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan olahan, yang salah satunya bernama Pallubasa Tedong selain daging sapi.

Konon, kuliner berkuah segar yang dicampur kelapa parut goreng ini sudah ada sejak zaman nenek moyang dan menjadi favorit warga Makassar serta Kabupaten disekitarnya. Lantaran pada masa itu Pallubasa merupakan kuliner favorit dan enak yang harganya ramah di kantong.

Zaman dahulu daging kerbau ikonnya Pallubasa, sehingga dinamakan Warung Tedong Pallubasa. Seiring perubahan orde, dari orde lama ke orde Millenial sekarang ini mulai sulit mendapatkan daging kerbau atau tedong. Penjualnya menyiasatinya untuk daging dan jeroannya rata-rata sudah memakai daging sapi.

dokpri
dokpri
Ini yang membedakan keberadaan warung Pallubasa yang terletak di Jalan Gunung Latimojong, tepatnya menumpang di bangunan  Toarco Toraja Coffe, tak jauh  dari jalan Gunung Salahutu.

Harga semangkuk tedong Pallubasa bertaburkan  kelapa sangrai hanya Rp. 15.000, nasi Rp. 2000 serta sebutir telur bebek dibanderol Rp. 5000. Irisan daging tedongnya pun cukup besar ketimbang irisan daging sapi.

Sangat cocok disantap pada cuaca dingin,  ditemani sepiring nasi yang masih mengepul menambah selera di hari yang mulai beranjak siang.

Sejalan mentari beranjak ke peraduannya para penikmat memadati warung Pallubasa tedong satu ini.

Sempitnya lorong tak mengurangi rasanya yang memang tetap mantap menyantapnya.

Selamat mencoba dan rasakan sensasinya tedong Pallubasa di Jalan Gunung Latimojong ini. Apalagi diwaktu hujan, semakin bersemangat menyantap lezatnya racikan sang penjualnya dibawah asuhan Syam Daeng Raja.

Semoga generasi millenial mau menikmati hidangan  zaman dulu, dimana keberadaannya memudar akibat serbuan kuliner instan asal negara ASING.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun