Cuaca hujan sekarang ini menyebabkan kondisi kian mencekam, lantaran dinginnya suhu di Makassar, tak ubahnya negara eropa.
Guna mengimbangi dinginnya cuaca belakangan menghantui Kota Daeng, enaknya hunting kuliner yang mampu menghangatkan tubuh kita.
Upaya tersebut, sekiranya tepat rasanya mencicipi 'Tedong Pallubasa' jenis kuliner satu ini terbilang mampu menghangatkan tubuh yang membeku, itu yang dilakukan teman saya dikala libur sekaligus menginformasikan kepada publik sebagai bahan literasi kuliner nusantara.
Tentunya untuk mendapatkan daging kerbau tidaklah mudah, dimana kerbau ini posisinya tergerus oleh daging sapi. Padahal, essensinya kerbau itu lebih tangguh dari sapi.
Lagi-lagi, keberadaan kerbau tergerus oleh sapi dan robot-robot bermesin membuyarkan habitat kerbau. Walhasil, selain dimanfaatkan tenaganya, rupanya kerbau dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan olahan, yang salah satunya bernama Pallubasa Tedong selain daging sapi.
Konon, kuliner berkuah segar yang dicampur kelapa parut goreng ini sudah ada sejak zaman nenek moyang dan menjadi favorit warga Makassar serta Kabupaten disekitarnya. Lantaran pada masa itu Pallubasa merupakan kuliner favorit dan enak yang harganya ramah di kantong.
Zaman dahulu daging kerbau ikonnya Pallubasa, sehingga dinamakan Warung Tedong Pallubasa. Seiring perubahan orde, dari orde lama ke orde Millenial sekarang ini mulai sulit mendapatkan daging kerbau atau tedong. Penjualnya menyiasatinya untuk daging dan jeroannya rata-rata sudah memakai daging sapi.
Harga semangkuk tedong Pallubasa bertaburkan  kelapa sangrai hanya Rp. 15.000, nasi Rp. 2000 serta sebutir telur bebek dibanderol Rp. 5000. Irisan daging tedongnya pun cukup besar ketimbang irisan daging sapi.
Sangat cocok disantap pada cuaca dingin, Â ditemani sepiring nasi yang masih mengepul menambah selera di hari yang mulai beranjak siang.
Sejalan mentari beranjak ke peraduannya para penikmat memadati warung Pallubasa tedong satu ini.