Embun pagi baluri lembah hijau yang menetes kian menggenapkan rasa hilang tak berujung....
Membiarkan rindu dan cinta terbelenggu, tanpa menemui hangatnya senandung desember kelabu....
Desahnya meleburkan nyanyian haru kala gulita mengatup mata...
Duniaku yang dahulu kelam kembali bermuram durja...
Menyibak tirai tenda, nampak butiran kalbu meregangÂ
Mengerang menikmati kepedihan.....
Merintih menelan duri kedustaan......
Termangu mewangi mimpi yang terlucut  debu....
Mengaburkan asa menghilangkan logika
Dinginnya embun melupakanku akan kehadiran dirimu dengan bayangan fatamorgana
Memerihkan rasa yang terlupakan
Desember kelabu bersemayam dalam temaram tenda lembah hijau....
Melipat kisah akhir tahun yang tak berujung suka
Akhirnya berakhir dihempas derasnya rintik hujan
Dirajam lara yang membubung didada
Melepaskan kesadaranku akan kehadiranmu
Ahhhhh......
Aku terhenyak lalu terhempas
Begitu mudahnya diriku melepaskanmu begitu saja
Hingga bayangan dirimu tak sempat kulihat
Ada awalan pasti ada akhirnya, walau dera tak ada batasnya....
Menghilang dalam kegelapan malam gulita
Sayu memandang tenda berjajar tak karuan jumlahnya
Disini aku tersungkur menyingkap pangkuan rumput ilalangmu....
Sembari berlalu sisakan puing-puing  pilu Lembah hijau
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H