Anak tak berdosa ini oleh neneknya dititipkan kepada sang "predator" Adrianus dan Yanti, karena saat itu neneknya akan mengurus beberapa surat-surat.
Pada hari itu pula, Aqila dianiaya oleh Adrianus hingga tak sadarkan diri.
Sebelum menganiaya Aqila, Adrianus lebih dahulu meminta istrinya (Yanti, ibu kandung Aqila) untuk pergi membeli nasi.
Sepulangnya dari membeli nasi bungkus Aqila sudah terbaring tak sadarkan diri di rumah sakit.
Kejadian ini tentu membuat kita bertanya-tanya, di perayaan kemerdekaan ke-73 Republik Indonesia ini sepantasnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia ini harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan.
Entahlah, kalau cinta buta sudah menghalang jangan harap keadilan akan datang. Kesedihan hanya tontonan bagi mereka yang diperbudak cinta buta.
Nasi sudah menjadi bubur, itu jawaban yang Yanti terima. Ternyata tambatan hatinya Adrianus telah merobohkan nyawa anaknya, bernama Aqila.
Teramat perih untuk diberitakan, namun itu harus diberitakan agar nyawa anak-anak tak berdosa seperti Aqila tidak terus bertambah jumlahnya.
Tolong hentikan kabar kekerasan terhadap anak-anak, apun dalihnya, itu merupakan perbuatan biadab.
Pemerintah dalam hal ini perangkat desa setempat lebih proaktif memantau permasalahan warganya, jangan menunggu laporan, tetapi jemput bola ke lapangan mendengar lalu mempedulikan nasib mereka. Faktor ekonomi penyebab dari tragedi Aqila ini.
Menyimak berita ini, anak-anak akan tumbuh menjadi manusia cerdas dan berpengetahuan, namun tidak berkarakter baik. Hal ini adalah bencana masa depan bangsa.