Selain kudapan ketupat yang tak kalah penting adalah tradisi sungkeman/bersalam-salaman. Agama lain diperkenankan melebur dalam kemenangan hari raya idul fitri, sebagai tanda toleransi antar umat beragama. Ketupat atau kupat sendiri menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi masyarakat Jawa melalui ritual sungkeman. Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain, khusunya orang tua.
Ketupat memiliki makna khusus, dalam bahasa Jawa berasal dari kata Ngaku Lepat . Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Di pulau Jawa khususnya di pelosok desa kupat atau Ngaku Lepat menjadi ritual sakral.
Meski Indonesia terkepung perkembangan teknologi informasi, peranan para Wali Songo dalam memperkenalkan agama Islam dengan menumbuh kembangkan tradisi budaya sekitar, seperti tradisi lebaran dan hidangan ketupat masih menjadi tradisi hingga saat ini.
Akhirul kata, saya mengucapkan;
Selamat Idul Fitri 1439 H
Taqobbalallahu minna wa minkum, Barakallahu Fiikum yaa Kariim
Makassar, 14 Juni 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H