Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Ritual Hari Raya dan Kudapan Ketupat nan Memikat

14 Juni 2018   07:46 Diperbarui: 14 Juni 2018   07:57 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ritual Hari Raya dan Kudapan Ketupat Nan Memikat

Bulan suci Ramadhan akan meninggalkan kita, guna meraih kemenangan di hari raya. Akankah kita bertemu kembali dengan ramadhan berikutnya, atau menghadap sang maha pencipta untuk selama-lamanya.

Sangat berat berpisah dengan ramadan, dimana satu bulan lamanya kita dirempa menahan hawa nafsu angkara murka. Bulan ini juga mempunyai makna, agar merasakan bagaimana menghargai orang lain, membatasi pola makan dan semua amalan pada bulan ramadan bernilai ibadah.

Ibadah dipenghujung ramadhan tentulah sangat luar biasa ujiannya, selain ritual mudik dan berbelanja keperluan lebaran, ibu-ibu dirumah pada sibuk memasak ketupat, lontong, opor ayam, sambal hati campur pete, rawon daging, kue-kue khas lebaran dan sebagainya guna menjamu yang akan berkunjung.

Idul Fitri kali ini memasuki tahun 1439 Hijriah. Fitri artinya fitrah atau kita kembali suci seperti bayi baru lahir. Kemenangan tersebut ditandai dengan kumandang Takbir, Tahlil, Tahmid pertanda rasa syukur kita atas kemenangan menahan makan, minum, hubungan intim suami istri hingga memasuki berbuka puasa.

Ini kelebihan ramadhan, yang tadinya halal menjadi haram apabila dilakukan pada waktu berpuasa. Sementara diluar ramadan, tidak ada batasan itu alias kemaruk. Berpuasa sama artinya menahan.

Menyedihkan, bulan baik itu akan meninggalkan kita semua, dimana pintu neraka kembali terbuka, setan-setan terlepas dari belenggunya. Walhasil diakhir ramadhan inilah Idul Fitri menyambut kita semua.

Tentu saja disambut suka cita umat muslim seluruh penjuru dunia. Tak kalah pentingnya adalah berbusana baru, aroma wangi semerbak mensyukuri nikmatnya dengan melakukan ritual sholat idul fitri secara berjamaah yang digelar di lapangan, tak luput jalan raya penuh sesak lautan manusia bersujud membesarkan Asma-Mu. Ritual yang harus didengarkan seusai sholat adalah khotbah idul fitri yang dibawakan oleh penceramah.

Perayaan hari raya idul fitri identik dengan ketupat atau kupat. Ketupat nan memikat juga menjadi ikon di hari raya.

Dihimpun dari bergabai sumber online bahwa sebutan 'ketupat' memiliki filosofi mendalam dan kini seiring perkembangan era digital, perlahan namun pasti sakralitas mulai tergerus. Sejarah panjang ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Wali Songo terutama Sunan Kalijogo.

Lazimnya di pulau Jawa kemasan ketupat itu berbahan dari janur/daun kelapa muda. Tidak demikian diluar pulau Jawa, khususnya kota Makassar, masyarakatnya lebih menyukai ketupat kemasan daun pandan. Alasannya selain aroma harum dari daun pandan, hasilnya gurih dan lebih pulen.

Selain kudapan ketupat yang tak kalah penting adalah tradisi sungkeman/bersalam-salaman. Agama lain diperkenankan melebur dalam kemenangan hari raya idul fitri, sebagai tanda toleransi antar umat beragama. Ketupat atau kupat sendiri menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi masyarakat Jawa melalui ritual sungkeman. Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain, khusunya orang tua.

Ketupat memiliki makna khusus, dalam bahasa Jawa berasal dari kata Ngaku Lepat . Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Di pulau Jawa khususnya di pelosok desa kupat atau Ngaku Lepat menjadi ritual sakral.

Meski Indonesia terkepung perkembangan teknologi informasi, peranan para Wali Songo dalam memperkenalkan agama Islam dengan menumbuh kembangkan tradisi budaya sekitar, seperti tradisi lebaran dan hidangan ketupat masih menjadi tradisi hingga saat ini.

Akhirul kata, saya mengucapkan;

Selamat Idul Fitri 1439 H

Taqobbalallahu minna wa minkum, Barakallahu Fiikum yaa Kariim

Makassar, 14 Juni 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun