Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Asda, Kartini Malino Masa Kini

25 April 2018   11:25 Diperbarui: 25 April 2018   11:45 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asda, Kartini Malino Masa Kini (dokpri/pipot)

Jauh dari hiruk pikuk keramaian media sosial ditemukan gadis yang menginspirasi luput dari dari sorotan media cetak dan elektronik. Sosok gadis belia tamatan sekolah menengah atas (SMA) di Malino ini saya temui tanpa sengaja.

Malino sebuah kota kecil didataran tinggi Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan, merupakan tempat peristirahatan pada masa pemerintahan kolonial Belanda yang diawali pada tahun 1927, ini dibuktikan dari banyaknya rumah-rumah peninggalan Pemerintahan Belanda di Malino. Tanggal 15-25 Juli 1946, pernah digelar konfrensi, bertajuk "konfrensi Malino".

Penampilannya yang begitu berbeda dari gadis seusianya sangat menginspirasi pengunjung yang akan berbelanja di Pasar Sentral Malino tersebut. Warga sekitar mengenal namanya dengan panggilan Asda

Dia dikenal bernama Asda berasal dari Malino. Tempatnya tinggal tidak jauh dari pasar Malino. Bagi yang berminat membeli hasil karya daur ulang Asda, silahkan hubungi nomor ponsel 082399435317. Sementara keseharian orang tuanya berprofesi sebagai pedagang.

Asda, Kartini Malino Masa Kini (dokpri/pipot)
Asda, Kartini Malino Masa Kini (dokpri/pipot)
Kami bertemu gadis inspiratif di pasar Malino. Saat itu kami mampir ke pasar usai melakukan peliputan ke Taman Wisata Alam Malino, konon lokasi TWA Malino bakal disulap oleh Pemerintah Kabupaten Gowa bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan dan Dinas Pariwisata setempat menjadi Kerbun Raya Malino setara Kebun Raya Bogor.

Tak segan-segan Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan bakal menghadirkan Taman Safari. Tentu saja "ambisi" ini perlu mendapat apresiasi dari berbagai stakeholders mewujudkannya.

Keberadaannya di pasar menjadi pemandangan tersendiri bagi orang yang berlalu lalang di pasar, meski begitu tidak menyurutkan niat baiknya untuk menginspirasi masyarakat untuk mengurangi membuang sampahnya secara sembarangan, terutama sampah plastik.

Menurutnya, "Sampah plastik sangat sulit terurai, akan lebih bermanfaat apabila dikreasikan menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis." Ucapnya.

Asda, Kartini Malino Masa Kini (dokpri/pipot)
Asda, Kartini Malino Masa Kini (dokpri/pipot)
Asda pantas disebut Kartini jaman now, pasalnya, disaat anak-anak seusianya sibuk dengan dunia gawai super canggih, gadis ini lebih memilih berkecimpung dengan sampah. Hal ini dia buktikan dengan bangga memamerkan hasil karya daur ulang sampah plastik bekas bungkus berbagai merek dagang, mulai dari bungkus kopi hingga bungkus mie, dibuatnya menjadi pakaian, topi hingga tas.

Mirisnya, akibat sering mengumpulkan sampah plastik dirumahnya, Asda mendapat hukuman dari orang tuanya. Hukumannya, tidak akan dibelikan smartphone, sebelum berhenti mengumpulkan sampah plastik. Hukuman tersebut tidak membuat Asda kapok, justru dirinya akan terus melakukan aksi perubahan dirumahnya dengan memilah dan membersihkan sampah yang bisa dikelola menjadi barang bernilai ekonomis.

Baginya smartphone tak sebanding dengan perjuangannya sebagai agen perubahan perilaku bersih-bersih sampah, gadis ini juga tidak menghiraukan kata-kata sinis atas sikapnya itu.

Asda, Kartini Malino Masa Kini (dokpri/pipot)
Asda, Kartini Malino Masa Kini (dokpri/pipot)
Penolakan pernah didapatinya, saat ingin mengabdikan dirinya di sekolah, "pasalnya hanya lulusan SMA" ucapnya kesal. Saking kesalnya ia pernah berfikiran meminjam ijasah Sarjana agar bisa menerapkan ilmunya di sekolah sebagai tenaga pendidik, khususnya mengajak anak-anak sekolah agar budaya membuang sampah sembarangan tidak dibiasakan, akan lebih beguna apabila sampah tersebut dikreasikan menjadi barang yang bermanfaat, bahkan bernilai ekonomis.

"Kakak saya yang tamatan sarjana, tidak mempunyai pekerjaan jelas bahkan sekarang hanya sebagai ibu rumahtangga," Tuturnya.

Kami angkat topi atas sikap Asda, ini yang dia buktikan dengan berbuat sesuatu untuk planet bumi ini. Anggapan orang sampah itu menjijikkan, baginya sampah adalah sesuatu yang berharga.

Gadis usia belia ini berfikiran begitu dewasa, tanpa malu dia membuktikan akan meneruskan budaya berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk bumi ini.

"Buang sampah sembarangan sama artinya uang yang terbuang." Tegasnya menutup pembicaraan.

Makassar, 25 April 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun