Jauh dari hiruk pikuk keramaian media sosial ditemukan gadis yang menginspirasi luput dari dari sorotan media cetak dan elektronik. Sosok gadis belia tamatan sekolah menengah atas (SMA) di Malino ini saya temui tanpa sengaja.
Malino sebuah kota kecil didataran tinggi Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan, merupakan tempat peristirahatan pada masa pemerintahan kolonial Belanda yang diawali pada tahun 1927, ini dibuktikan dari banyaknya rumah-rumah peninggalan Pemerintahan Belanda di Malino. Tanggal 15-25 Juli 1946, pernah digelar konfrensi, bertajuk "konfrensi Malino".
Penampilannya yang begitu berbeda dari gadis seusianya sangat menginspirasi pengunjung yang akan berbelanja di Pasar Sentral Malino tersebut. Warga sekitar mengenal namanya dengan panggilan Asda
Dia dikenal bernama Asda berasal dari Malino. Tempatnya tinggal tidak jauh dari pasar Malino. Bagi yang berminat membeli hasil karya daur ulang Asda, silahkan hubungi nomor ponsel 082399435317. Sementara keseharian orang tuanya berprofesi sebagai pedagang.
Tak segan-segan Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan bakal menghadirkan Taman Safari. Tentu saja "ambisi" ini perlu mendapat apresiasi dari berbagai stakeholders mewujudkannya.
Keberadaannya di pasar menjadi pemandangan tersendiri bagi orang yang berlalu lalang di pasar, meski begitu tidak menyurutkan niat baiknya untuk menginspirasi masyarakat untuk mengurangi membuang sampahnya secara sembarangan, terutama sampah plastik.
Menurutnya, "Sampah plastik sangat sulit terurai, akan lebih bermanfaat apabila dikreasikan menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis." Ucapnya.
Mirisnya, akibat sering mengumpulkan sampah plastik dirumahnya, Asda mendapat hukuman dari orang tuanya. Hukumannya, tidak akan dibelikan smartphone, sebelum berhenti mengumpulkan sampah plastik. Hukuman tersebut tidak membuat Asda kapok, justru dirinya akan terus melakukan aksi perubahan dirumahnya dengan memilah dan membersihkan sampah yang bisa dikelola menjadi barang bernilai ekonomis.
Baginya smartphone tak sebanding dengan perjuangannya sebagai agen perubahan perilaku bersih-bersih sampah, gadis ini juga tidak menghiraukan kata-kata sinis atas sikapnya itu.
"Kakak saya yang tamatan sarjana, tidak mempunyai pekerjaan jelas bahkan sekarang hanya sebagai ibu rumahtangga," Tuturnya.
Kami angkat topi atas sikap Asda, ini yang dia buktikan dengan berbuat sesuatu untuk planet bumi ini. Anggapan orang sampah itu menjijikkan, baginya sampah adalah sesuatu yang berharga.
Gadis usia belia ini berfikiran begitu dewasa, tanpa malu dia membuktikan akan meneruskan budaya berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk bumi ini.
"Buang sampah sembarangan sama artinya uang yang terbuang." Tegasnya menutup pembicaraan.
Makassar, 25 April 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H