Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Stadion Andi Mattalatta-Mattoanging, Riwayatmu Kini

24 April 2017   16:26 Diperbarui: 25 April 2017   18:00 3979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 (dokpri/Subhan)

Seperti biasa dalam mengisi libur panjang yang tepat jatuh pada Senin Wage, 24 April  2017 bertepatan Hari Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Kami memanfaatkannya dengan menyambangi Stadion paling bersejarah di Kota Makassar yang menjadi home base atau markas PSM klub kebanggaan warga Makassar, tidak lain adalah Stadion Andi Mattalatta Mattoanging.

Boleh dibilang kami salah satu orang udik-kampungan di kota Daeng ini. Sering bepergian kemana-mana tapi sudah puluhan tahun tinggal di Kota Makassar baru kali pertama menginjakkan kaki ke rumput lapangan Stadion Mattalatta, padahal dahulu kami sering melewati stadion tersebut apabila ingin ke pasar sore akrab disebut Pasar Senggol yang berlokasi di daerah Sambung Jawa. Selain itu kami juga biasa mencari sepeda bekas untuk anak-anak, karena tepat di depan stadion berjajar pedagang sepeda bekas.

Seperti biasa untuk sampai kesana kami menggunakan Bus Rapid Transit disingkat BRT sampai halte Kampus Universitas Cokroaminoto. Dari halte tersebut kami beralih menggunakan angkutan umum berupa pete-pete, ini karena belum ada armada BRT belum langsung kesana. Saya dengan ditemani putera ke dua berangkat dari rumah Sudiang pagi-pagi pukul 08.30 WITA agar tidak kepanasan ketika sampai lokasi.

Sesampainya di Stadion Mattalatta kami sempat bingung, maklum orang udik-kampungan, untuk menutupinya kami sejenak berkeliling stadion dimana waktu itu pintu stadion terkunci. Teringat pepatah ‘malu bertanya sesat dijalan,’ akhirnya saya sok kenal bertanya kepada orang sekitar baik penjual bakso hingga orang-orang yang asyik bermain bola didepan stadion utama. Nyaris menyerah pulang, sebab mereka pada menjawab, tutuplah, tidak tahulah, cari pengelolanyalah tetek bengek alasan kami temui.

Belum menyerah kami mencoba mendatangi seorang tentara yang lagi jogging dengan otot-otot kekarnya, terlebih dahulu saya menjelaskan maksud dan tujuannya ke stadion yang sebenarnya bermula perdebatan istri, anak dan saya mengenai panjang dang tinggi gawang standar FIFA. Jawabannya ada pada Eyang google, akan tetapi untuk menambah Keseruan dan meyakinkan ibunya (istri) kami harus membuktikan langsung dengan mendatangi stadion, “mas kalo masuk ke lapangan bisa lewat mana ya, soalnya pada hari libur tutup.” Sang tentara pun menjelaskan, “di samping stadion tersebut ada keluarga tinggal, coba bapak sama anaknya masuk melalui pintu tersebut.” Terimakasih pak, akhirnya penasaran kami terjawab, memang ada keluarga tinggal disisi dalam stadion akan tetapi hanya dibatasi pagar besi.

tribun-vip-stadion-mattalatta-58fdc2d87197734268c988ca.jpg
tribun-vip-stadion-mattalatta-58fdc2d87197734268c988ca.jpg
Tujuan kami memasuki Stadion terkabul. Sesampainya di dalam terlebih dahulu kami minta ijin kepada pengurus rumput lapangan, tujuan kami untuk mengukur panjang dan tinggi gawang, dengan cekatan kami ukur menggunakan tali rafia/rumput jepang ukuran panjang 7,32 Meter, tinggi 2,44 meter. Ternyata ukurannya melebihi panjang rumah kami, hanya berukuran 6 meter. Tak lupa sebagai kenang-kenangan kami menyempatkan berfoto ria.

gawang-lapangan-58fdc332e422bdd70a2afa72.jpg
gawang-lapangan-58fdc332e422bdd70a2afa72.jpg
rifqi-ala-dybala-58fdc436d57a61e842ae172d.jpg
rifqi-ala-dybala-58fdc436d57a61e842ae172d.jpg

Sekilas Sejarah Stadion

Stadion ini merupakan stadion cukup tua dibangun pada tahun 1957 dan saksi bisu sejarah lahirnya sebuah klub kebanggan warga Makassar, juga markas atau kandang salah satu klub tersukses di Kawasan Indonesia Timur, PSM Makassar lahir pada tahun 1915 memang terbilang tua namun disegani lawan-lawannya. Konon PSM Makassar lebih senior dari federasi sepakbola Indonesia (PSSI) baru berdiri tahun 1930 di Yogjakarta, berkapasitas 20.000 penonton. Awalnya tempat ini merupakan perkebunan milik Pemerintahan Hindia Belanda setelah kemerdekaan Republik Indonesia. Namanya diabadikan dari prakarsa mantan Panglima Kodam XIV/Hasanuddin yaitu Andi Mattalatta di tahun 1957. Mattoanging diambil dari dua suku kata dalam bahasa Makassar, mattoa dan anging,jika diartikan ‘melirik atau menengok’ dan ‘angin.’  

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sesumbar akan membangun Stadion bertaraf Internasional di Barombong sebagai pengganti Stadion Andi Mattalatta, konon gelontoran anggaran Rp. 100 miliar telah dikucurkan oleh Gubernur Sulawesi Selatan.  Target stadion rampung tahun 2012. Faktanya hingga tahun 2017 ini belum juga ada tanda-tanda rampung, malah terbengkalai.

sampah-di-tribun-terbuka-58fdc38d7697733230d439cf.jpg
sampah-di-tribun-terbuka-58fdc38d7697733230d439cf.jpg
tumpukan-sampah-plastik-sisa-pembakaran-58fdc3dd7197730a6dc988c5.jpg
tumpukan-sampah-plastik-sisa-pembakaran-58fdc3dd7197730a6dc988c5.jpg
Usai mengobati rasa penasaran, kami bergegas meninggalkan rumput lapangan Stadion yang mulai panas oleh sengatan matahari. Sangat disayangkan, diantara megahnya tribun VIP pandangan kami sedikit terganggu dengan pemandangan mencengangkan di bagian tribun terbuka, dimana fisiknya nampak rusak, tua dan kusam, kurang mendapat perawatan dari pengelola sehingga rumputan liar tumbuh begitu subur. Belum cukup sampai disitu, lagi-lagi tumpukan sampah juga sisa pembakaran sampah disebabkan terlalu acuhnya manusia menjaga kebersihan sekitar stadion sangat menodai citra megah menambah kekumalan wajah cantik Stadion Mattalatta-Mattoanging. Saya tidak mampu berbuat banyak, kecuali hanya bisa menggelengkan kepala memandang kemalangan stadion ini.

sampah-dalam-stadion-58fdc3b8ca23bde223ce5265.jpg
sampah-dalam-stadion-58fdc3b8ca23bde223ce5265.jpg
sisa-pembakaran-58fdc4101fafbd4821049fd7.jpg
sisa-pembakaran-58fdc4101fafbd4821049fd7.jpg
 (dokpri/subhan)

Stadion Mattalatta-Mattoanging dahulu merupakan kebanggan supporter PSM Makassar, maka sekarang Mattalatta-Mattoanging menyisakan puing-puing tua renta dimakan kekejaman jaman. Ada baiknya penonton jangan hanya meramaikan pertandingan lantas melupakan sampahnya begitu saja, menjaga kebersihan merupakan salah satu cara termudah, termurah, merawat riwayat kedigdayaan bangunan paling fenomenal di Kota Makassar.

Makassar, 24 April 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun