Setelah mendapat Phenobarbital rasa lelah antri bersama pasien lain terobati, harganya pun sangat terjangkau, hanya membayar Rp. 16.000,- (enam belas ribu rupiah) sebanyak 90 biji Phenobarbital kami dapatkan. Tulisan ini memang bukan uraian orang yang paham tentang kesehatan. Melainkan ditulis oleh seseorang yang telah menjadi salah satu korban dari sistem pelayanan medis diskriminatif. Itu sebabnya saya berhutang banyak, terutama pada keluarga, anak-anak, istri, dokter W di Ngawi, teman alumni, tetangga, dokter spesialis syaraf di Makassar telah membantu keberlansungan hidup ODE, terutama bersyukur kepada Sang Pencipta.
Saya juga begitu resah menyaksikan dunia farmasi yang telah memanfaatkan penyakit menjadi komoditi. Peran dokter, perawat hingga apoteker adalah profesi mulia yang mengemban misi kemanusiaan, bukan pekerja yang menjadi kaki tangan perusahaan farmasi.
Dengan rasa penuh terimakasih atas bantuan dokter W, kami berpamitan. Tidak terasa perut keroncongan hingga rasa lapar menghampiri, sebelum kembali ke rumah buat melaksanakan sholat Jum’at, kami pun akhirnya melanjutkan berburu kuliner Sate Gule Kambing khas Ngawi.
Ngawi, 17 Februari 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H