Ada yang mengalihkan perhatianku
Tak dinyana ketidak sengajaan itu kutemukan kulihat pusara pujangga lama Â
Terusik, mematung berlama-lama ku tatap peraduan abadi sang panglima.....
Pusaranya memutih nan indah
berbaring sang penyair yang juga panglima dengan tulus di tanah
Bertemankan cacing dan rumput rumput
Tampak kurang yang merawatmu.
Mungkinkah kau tahu, perasaan ini masih ragu
Ternyata.....
Kutemukan panglima lewat perantara pusara para wartawan senior
Tapi sayang ku tak sempat mengenal panglima puisi tuk lakukan syair-syiar lantangnya
Ini hari pertamaku datang ke kuburan sang panglima, duka air mata juga tidak ada ku jumpa....
Sunyi, senyap gulita diantara kebisingan pesawat udara
Makamnya adalah sisa tanah di pojok pemakaman para kuli tinta
Mereka cukup membawa kembang ataupun air mawar bersua padanya....
Namanya Hoesni Djamaluddin, Panglima mati puisinya abadi
Makassar, 25 Oktober 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H