Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Di Pulau Pengharapan Situs Sejarah Bunker Jepang Menyisakan Puing “Harapan”

9 Oktober 2016   11:20 Diperbarui: 9 Oktober 2016   11:33 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Perjalanan dinas kali ini terbilang spesial, ini dikarenakan untuk pertama kalinya menghadiri event Jambore Wisata Bank Sampah sekaligus mengunjungi situs sejarah bunker peninggalan tentara Jepang di Pulau Lakkang. Keberadaan Bunker sebagai basis pertahanan dan tempat penyimpanan bahan logistik sekitar tahun 1940, kini kondisinya hanya menyisakan puing-puing sejarah dan “berkalang tanah.”

Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi
 Perjalanan pun dimulai ditengah guyuran rintik hujan membasahi kota Daeng, bergegas kami meluncur menggunakan kendaraan umum dari sudiang ke arah kampus Unhas dengan tarif kenaikan Rp. 5000,- (lima ribu rupiah) per orang, kemudian turun pintu II kampus Unhas lebih tepatnya dekat Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, pesaing terbarunya Rumah Sakit Pendidikan Unhas, kebetulan kami dijemput teman disana melanjutkan perjalanan ke dermaga Kera-kera. Dari Unhas masuk lurus saja hingga menemui gerbang Teaching Farm Fakultas Pertanian Unhas sepanjang perjalanan mata kita akan dimanjakan oleh sejuknya rindangnya pepohonan. Pada tikungan pertama belok kanan menuju desa kera-kera untuk menginjakkan kaki ke pulau Lakkang.

Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi
Pulau Lakkang terdengar begitu asing ditelinga saya, kok norak banget ya? Puluhan tahun berdomisili di Makassar belum pernah menjamah pulau tersebut, malu sama orang luar sulawesi yang dengan susah payah hingga minta bantuan mbah google mencari keberadaan pulau Lakkang.

Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi
Berbekal perjalanan dinas tersebut kami melampiaskan rasa penasaran menuju ke sana (Lakkang). Tujuan kami mengikuti Jambore Wisata Bank Sampah  terselenggara atas inisiasi Forum Komunikasi  Bank Sampah Kecamatan Tallo, Yayasan Peduli Negeri kota Makassar didukung Pemerintah Kota Makassar dan PT. Unilever selama 3 (tiga) hari mulai 7-9 Oktober 2016.

Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi
Pulau Lakkang

Secara administrasi Pulau Lakkang termasuk dalam wilayah Kota Makassar, tepatnya di Kecamatan Tallo. Sebuah Delta seluas 165 hektar yang terbendung selama ratusan tahun dari sedimentasi sungai Tallo. Dihuni sekitar 300 KK atau 1000 jiwa. Mata pencaharian utama penduduk sebagai petambak dan nelayan dan sebagain kecil bertani. Dari informasi yang kami gali dari nahkoda perahu, sungai Tallo memiliki kedalaman 8 meter.

Transportasi

Untuk mencapai Pulau Lakkang harus melintasi Sungai Tallo menggunakan sarana transportasi penyeberangan perahu. Bahasa Makassar akrab dikenal Jolloro’ dalam bahasa Bugis dikenal Pincara.  Dari dermaga kera-kera ke dermaga Mandiri Pulau Lakkang dengan jarak tempuh 10-15 menit dikenai tarif sangat terjangkau kisaran Rp. 3000,- perorang, jika membawa motor dihargai Rp. 5000,- sangat terjangaku kan, mengingat kondisi perekonomian kita mengalami defisit anggaran.

Akhirnya setelah mendekati Pulau, keheranan saya berbaur menjadi satu, ternyata Kota Metro Politan seperti Makassar masih ada obyek wisata tersembunyi yang kurang di ekspose Pemkot dalam hal ini Dinas Pariwisata. Saya yakin dan percaya kalau pulau ini dikelola secara profesional perekonomian masyarakat akan terdongkrak melalui sektor Pariwisata, selain Bantimurung di Maros dan Benteng Somba Opu di Gowa.  

Asset Terbengkalai

Bunker merupakan tempat perlindungan dan mempertahankan diri dari serangan musuh yang dibuat oleh tentara jepang. Pada umumnya bunker rata-rata berbentuk segi empat atau kubus yang dilengkapi ventilasi udara dan lubang pengintai, merupakan situs dibagun sebelum Indonesia merdeka adalah bukti otentik sejarah masa lalu yang masih tersisa sampai saat ini.

Dikatakan terbengkalai dengan mata kepala sendiri keberadaan situs sejarah Bunker peninggalan Jepang sangat memprihatinkan. Di Lakkang konon terdapat 7 Bunker, salah satu tempat pusat konsentrasi penjajahan Jepang. Dari 7 bunker yang tersedia hanya ada 3 yang masih terlihat fisiknya, sisanya sudah tertimbun tanah atau hilang karena tertutup pondasi bangunan rumah warga.

Sayangnya ke tiga Bunker tersisa tidak mendapat perhatian selayaknya situs sejarah lain dari Pemerintah. Konon ketika Hiroshima dan Nagasaki dibom oleh tentara sekutu, mereka mulai meninggalkan Lakkang dan menghancurkan semua bunker.

Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sisa-sisa salah satu Bunker yang kami kunjungi masih terlihat jelas fisiknya, kami harus berjongkok masuk kedalamnya, dengan lorong satu diujungnya untuk keluar, timbunan tanah membuat tinggi bunker jauh berkurang.

Kondisi Bunker kedua yang kami telusuri sangat memprihatinkan sekali, dialih fungsikan sebagai tempat pembuangan sampah “raksasa” ketika menumpuk sampah tersebut dimusnahkan dengan cara membakarnya dilakukan oleh warga Lakkang, sungguh suatu pemandangan sangat mengharukan.

Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi
Bunker ketiga letaknya dibelakang rumah warga kondisinya pun tidak jauh berbeda, sangat tidak terawat, dibiarkan terbengkalai hanya sebagai cerita sebuah “pengharapan” akan lenyap dengan sendirinya ditelan bumi.

Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi
Makassar sebagai ibukota Provinsi Sulawasi Selatan tentu selalu berinovasi untuk menjadikan Kota Daeng sebagai destinasi kota terdepan di wilayah Indonesia Timur. Tetapi ada hal menarik untuk kita keetahui bahwa dibalik slogan Makassar menuju kota dunia ada banyak hal yang kurang sinkron dengan jargon tersebut pepatah mengatakan ”jauh panggang daripada api”. Sebagai salah satu contoh keberadaan pulau harapan atau pulau Lakkang akrab disebut delta ditengah kota. Apa yang terjadi? Sebuah pulau yang terlihat dekat namun ketika kita berkunjung ke Lakkang terasa jauh. Menurut sejarahnya sudah ada sejak abad-16.

Saya baru menyadarinya kalau di tepi kota Makassar ternyata masih menyisakan eksotisme dan kesederhanaan yang begitu memikat. Kini pulau harapan itu masih sangat terbelakang dari segi infrastruktur. Mulai dari masa orde lama, orde baru reformasi sampai saat ini keterlibatan Pemerintah Kota Makassar sangat dibutuhkan. Meskipun pulau telah ditetapkan sebagai lahan konversasi atau penelitian oleh Pemerinta Kota Makassar.

Penutup, “Jangan ki mengotori kalau tidak mau membersihkan,” jangan ki’ lupa bahagia di’!

Makassar, 9 Okteober 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun