Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Lima Tipe Karyawan dan Pejabat di Tempat Kerja Menurut Aa Gym

8 September 2016   11:52 Diperbarui: 8 September 2016   14:43 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 (sumber gambar: dokpri/pipot)

Ma’af bukan munafik, sejujurnya saya tidak pernah bercita-cita masuk dunia birokrasi. Bukan apa-apa dibalik seragam sebagai Pegawai Negeri sipil (PNS) sekarang Aparatur Sipil Negara (ASN) sama saja porsinya, selalu terselip pusaran setan. Kecuali gaji tidak ada kebanggaan sama sekali menjadi birokrat, semata-mata untuk menghidupi anak-anak dan istri. Selain hal tersebut tentu mengundang “kesenjangan” sosial sesama pegawai, akibatnya terjadi rasa angkuh, iri, dengki, serakah bahkan dendam kesumat“penghias” tempat kerja.

Dari situlah akan melahirkan situasi dan kondisi tempat kerja tidak kondusif, akan melahirkan hal-hal yang berbau “konspirasi” berkaitan dengan uang, sekali lagi saya garis bawahi cari kerja itu untuk mendapatkan gaji, bukan yang lain. Ditengah-tengah keterpurukan perekonomian bangsa sekarang ini, gaji merupakan hukum WAJIB untuk diraih, apa pun caranya.

Sebagai Pegawai Negeri maupun  Swasta, tentu merupakan impian yang menjadi kenyataan. Selain gaji, kedudukan atau jabatan di dalam Instansi Pemerintah/Perusahaan Swasta sepertinya paket komplit tidak bisa dipisahkan.  Kalau semua sudah terpenuhi, maka dipastikan kita tidak akan lagi sibuk mencari lowongan pekerjaan lagi. Lantas apakah benar dengan gaji dan jabatan yang strategis di sebuah perusahaan tidak membuat kita lupa daratan?

Kemungkinan terburuknya mulai ada skat, walaupun saya sendiri tidak pernah turun tangan membuatnya. Saya hanya melakukan pekerjaan sebaik mungkin, dan semampu fisik, tidak mudah memang sekuat mungkin tetap menjalin hubungan baik dengan pegawai lain ditempat kerja, andai ada pegawaian yang kecewa atau sakit hati dengan pelayanan kinerja saya, harap dimaklumi.

Kembali saya sajikan buku mungil karya Aa Gym terbitan MQS Publishing tahun 2005 berjudul 5 (lima) tipe karyawan dan pejabat di tempat kerja. Pengklasifikasian atau penggolongan ini sama sekali bukan untuk mencampuradukkan atau merendahkan nilai moral seseorang dinilai dari sisi hukum. Melainkan, hanhya sekedar mempermudah pemahaman kita, karena makna dan istilah hukum tersebut sangat simple dan akrab bagi kita.

Mudah-mudahan buku saku ini menjadi bahan kuliah tujuh menit untuk mengukur dan menilai diri sendiri, sebelum mencela orang lain. Lantas tipe karyawan/pegawai termasuk pejabat manakah kita?

Dibawah ini merupakan salah satu refleksi tolok ukur pengelompokkan karyawan (juga pejabat) dengan meminjam istilah hukum yang digunakan dalam agama Islam agar lebih mengena di hati para pembaca.

buku-lima-jpg-57d0f7de107f616a40d17131.jpg
buku-lima-jpg-57d0f7de107f616a40d17131.jpg
 (sumber gambar: dokpri/pipot)

Berikut 5 (lima) tipe karyawan dan pejabat menurut Abdullah Gymnastiar (Aa Gym):

Karyawan / Pejabat ”WAJIB”

  • Keberadaannya sangat disukai dan dibutuhkan
  • Pribadi dan tutur katanya sopan serta mengesankan
  • Kata-katanya memiliki kewibawaan sehingga perintahnya tidak dirasakan sebagai suruhan
  • Memiliki akhlak mulia dan ibadahnya sangat baik
  • Selalu pemaaf bila disakiti, tidak pernah menyimpan benci dan dendam
  • Jauh dari sifat sombong walaupun ilmu, kedudukan, dan kekayaannya diatas yang lain.
  • Bekerja dengan iklhas, sangat menjaga kebersamaan, mencintai pekerjaan, serta jauh dari sikap over acting, menyikut, menjilat, dan menindas
  • Semangat untuk menimba ilmu dan memperbaiki diri sangat tinggi
  • Kehidupan keluarganya sangat harmonis dan penuh kebahagiaan sehingga menjadi contoh bagi yang lain.
  • Tidak pernah memendam benci atau ingin membalas dendam.

Karyawan / Pejabat ”SUNAH”

  • Kehadirannya memang menyenangkan tapi ketiadaannya tidak dirasakan sebagai suatu kehilangan
  • Tipikal ini memiliki etos kerja yang baik dan pribadi yang menyenangkan hanya saja ketika dia tidak hadir ditengah-tengah yang lain, lingkungannya tidak begitu merasa kehilangan
  • Sikap dan prestasi kerjanya dilakukan demi uang, pangkat, jabatan, pujian, atau tuntutan duniawi semata. Bagi penilaian perusahaan atau kantor, karyawan tersebut sangat bermanfaat/menguntungkan namun bagi kepentingan akhirat belum tentu karena tolok ukurnya adalah keikhlasan
  • Karyawan tipe ini masih dapat di ’up grade’ ke jenjang yang lebih tinggi asalkan mereka bertekad memberikan potensi yang terbaik dengan ikhlas dan sungguh-sungguh

 Karyawan/Pejabat ”MUBAH”

  • Tidak mempunyai motivasi dan asal-asalan saja: asal kerja, asal ada, tidak memikirkan kualitas, prestasi, kemajuan, perbaikan dan tidak produktif.
  • Ada/tidaknya karyawan ini tidak ada bedanya, artinya kehadirannya tidak membawa manfaat dan sebaliknya, kepergiaannya pun tidak membuat orang lain merasa kehilangan
  • Karyawan semacam ini tidak memiliki motivasi kerja, tidak memikirkan kualitas, asal-asalan, dan kurang produktif sehingga menjadi beban bagi perusahaan.
  • Kehidupan yang dijalani tidak menarik dan cenderung datar-datar saja
  • Karyawan semacam ini harus mendapatkan motivasi melalui kursus, pelatihan, dan rotasi kerja demi mengembalikan gairah dan semangat kerja.

Karyawan/Pejabat ”MAKRUH”

  • Cirinya adalah : keberadaannya menimbulkan masalah dan ketidak hadirannya justru tidak menimbulkan masalah
  • Bila ada dia suasana kantor menjadi tidak kondusif
  • Penampilannya sangat mengganggu, bila berpakaian membuat orang berpeluang maksiat, bila berdekatan tercium bau keringatnya, bila berbicara tidak bermakna, asal-asalan, dan berpotensi untuk mengganggu lingkungan kerja
  • Sering ketus, marah-marah, menyinggung perasaan, kalau bergurau cenderung vulgar, kurang etika dan membuat malu siapa yang mendengarnya
  • Jika diberi tugas dan pekerjaan selalu tidak tuntas, tidak memuaskan, dan menggangu kinerja orang lain.

Karyawan / Pejabat ”HARAM”

  • Kehadirannya sangat merugikan dan ketiadaannya sangat diharapkan
  • Akhlaknya sangat buruk, sering memfitnah, mengadu domba, penuh pikiran buruk, dan jadi provator dalam hal negatif.
  • Dia banyak omong kosong, suka membual, mengobral janji palsu, tidak jujur, dan amanah.
  • Dia sering mendhalimi orang lain sehingga sekelilingnya merasa teraniaya
  • Sering dijuluki sebagai ’the trouble maker’ akibat sikapnya

Anehnya, fenomena karyawan/pejabat “haram” saat ini lagi naik daun, justru mendominasi posisi-posisi basah diberbagai instansi pemerintah/perusahaan swasta, dianggap menguntungkan untuk diajak kongkalikong.

Terakhir berkaitan dengan tempat kerja yang tidak “kondusif” lantas memilih tempat kerja dengan pekerjaan baru, cobalah untuk jujur pada diri sendiri. Apa yang kamu sukai/passion? Jangan kerjakan sebuah pekerjaan yang bukan menjadi keahlianmu, pilihlah pekerjaan yang kamu sukai bukan di paksa, cintai dan dapat kamu banggakan.

Ketika kamu mencintai pekerjaanmu maka kamu akan bertanggung jawab dan memperoleh manfaat balik atas upayamu serta kesungguhanmu dalam menjalankan amanah yang dipercayakan oleh Instansi/Perusahaan. Jadi, hanya gegara ada konflik di tempat kerja lalu berhenti, sudah siap kah keluar dari zona nyaman dan “belajar” di tempat baru?

Mari  renungkan bersama,  seperti apa eksistensi kita selama ini? Introspeksi diri sendiri, tidak perlu sok tahu/pintar hasil “menjilat” kaki atasan sebelum menilai karyawan/pejabat lain. Insya Allah akan melahirkan perubahan berarti. Amin.

Makassar, 8 September 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun