by: Adi Pujakesuma
Anak-anakku.....
Ketika maut menjemputku, tak usah ditangisi
Maaf kan perbuatanku selama ini...
Sesal tiada berguna
Biarlah derita bersama renta berkalang tanah
Anak-anakku.....
Tersenyumlah....
Tangis kalian penyendat arah ke liang lahat
Ku tak pantas berlama-lama bersama kalian
Hanya kesedihan yang mampu kupersembahkan......
Istriku, mungkin aku bukan suami sempurna
Aku lemah....
Namun ku berusaha menjadi pendampingmu dan ayah bagi buah cinta kita berdua....
Menjadi matahari siang hari, bulan dikala malam dan bintang ketika bercahaya….
Menjadi bumi tempat berpijak jiwa dan raga
Menjadi langit cita-cita kehidupan....
Menjadi air pelepas dahaga....
Menjadi api yang menggairahkan semangat asmara.
Bapakmu sakit-sakitan
Tak lama lagi denyut jantung berhenti berpacu
Nadi pun demikan suri
Jangan sia-siakan dengan kemarahan benci dan dendam
Jangan takut....
Jangan jadi pengecut dalam diam karena kalian bukan boneka
Jadilah generasi pemberani walau nyawa taruhannya....
Amar ma’ruf nahi munkar.....
Makassar, 27 Juli 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H