Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Sang Pendosa

17 Juni 2016   17:59 Diperbarui: 17 Juni 2016   18:06 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sanga pendosa mendengarnya dan mengumpat

Lantas kukenakan kesucian kain itu membalut tubuh sendiri agar tidak  menyimpan angkuh, iri, dengki, serakah berkepanjangan

Sang pendosa......

Kesombongan menumbuhkan ketenaran

Gusur sana, gusur sini dendam tiada henti

Sang pendosa seperti apa aku ini

Warteg surga sepertinya enggan melayaniku

Emperan neraka juga tak sudi menjilat pantatku yang kenyang akan maksiat.......

Terbersit congkak, merasa diri makhluk paling suci

Paling benar dari malikat-MU di segala lini nyaris tanpa cela

Tapi amalan pahala membatu, yang ada hanya hina-dina tak lebih dari butiran debu....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun