Kami juga pernah melakukan kegiatan surat-menyurat dengan teman-teman yang tergabung dalam Jaringan Anak Indonesia. Kami surat menyurat dengan teman-teman yang berada di Bandung dengan menggunakan bahasa Inggris. Kami saling memperkenalkan diri dan selanjutnya kami saling menanyakan kabar. Kami sangat senang bisa berkomunikasi dengan orang di luar makassar. Kami sering menulis surat di mesjid. Namun sore itu kami membuat suasana yang berbeda. Kami diajak ke pantai yang terletak tak jauh dari rumahku dan membaca balasan surat dari teman-teman di Bandung.Â
Kak Edi memberikan surat yang ditujukan untuk kami dan kami segera membaca surat tersebut. Setelah membacanya, kami kembali menulis surat balasan untuk teman-teman kami yang jauh di sana dengan diiringi oleh deburan ombak dan belaian angin yang semakin membuat kami larut dalam kegiatan kami sore itu. Senja nan indah pun mulai nampak di ufuk barat pertanda matahari kan digantikan oleh sang rembulan. Kami bergegas untuk kembali ke rumah dan mengakhiri kegiatan kami itu.Hari-hari kami lalui dengan penuh semangat untuk belajar begitupun kakak-kakak dari Skhola Tanpa Batas yang selalu mengajari kami tentang banyak hal tanpa mengenal rasa lelah.
STS semakin berwarna dengan kehadiran beberapa orang anak SD yang ingin ikut belajar bersama kami. Meskipun mereka masih kecil tapi semangat mereka sangat luar biasa. Kami pun pernah mengadakan English Day bersama teman-teman yang ada di STS, mulai dari anak yang paling kecil hingga yang sudah menginjak usia remaja sepertiku. Dengan kesederhanaan yang kami miliki, kami membuat kegiatan English Day semeriah mungkin. Hari itu kami memainkan sebuah games yang melatih kekompakan kami.Â
Anak-anak digabungkan dengan para kakak-kakaknya kemudian diberikan sebuah games. Seiring berjalannya waktu, kakak-kakak dari Skhola Tanpa Batas mulai jarang datang dan hingga akhirnya mereka hilang satu per satu. Kini kami bagaikan anak yang ditinggal pergi oleh orang tuanya. Namun semangat itu masih terus berkobar dalam diri kami. Aku dan teman-teman sekarang berusaha untuk memainkan peran sebagai seorang kakak yang harus menghidupi adik-adik kami dengan ilmu yang seadanya.
Setelah beberapa lama berbagi adik-adik yang datang ke STS untuk menimba ilmu, Kak Titin datang kembali. Dia kembali membantu kami mengajari adik-adik yang masih senang belajar bahasa Inggris. Dan tak lama kemudian kami berinisiatif untuk mengadakan English Camp. Aku dan teman-teman menyebarkan informasi tentang English Camp tersebut. Kami mempromosikannya di sekolah kami masing-masing dan akhirnya kami berhasil mengumpulkan perserta kurang lebih 20 orang.Â
Meskipun jumlah peserta tidak terlalu banyak, namun kami tetap berusaha memberikan yang terbaik. Kami melaksanakan kegiatan English Camp di Benteng Somba Opu dengan menyewa sebuah rumah adat untuk kami tempati. Pada malam harinya, Aku terkejut dan hampir tak percaya dengan apa yang Aku lihat. Kak Edi yang selama ini Aku pikir sedang menyelesaikan kuliahnya di Jogjakarta ternyata hadir dalam kegiatan kami itu. Aku sangat senang melihatnya malam itu. Setelah kegiatan itu selesai, STS kembali hilang bahkan hingga saat ini.
Suatu malam, Aku sedang asyik bermain di dunia maya. Aku melihat Kak Edi sedang online. Aku pun menyapanya di dunia maya dan akhirnya Aku mengetahui bahwa Kak Edi sudah kembali ke Makassar. Aku pun meminta nomor teleponnya dan Aku mencari tahu tentang tempat bebagi Skhola Tanpa Batas yang masih aktif. Akhirnya Aku tahu bahwa tempat berbagi yang bisa Aku datangi bertempat di Panti Mattampawalie. Aku pun segera berangkat ke sana dan betemu dengan Kak Edi dan bisa merasakan suasana berbagi seperti di STS dulu.
Sekian dulu cerita tentang perjalananku di Skhola Tanpa Batas. Tetap berkarya selama hayat masih dikandung badan....Tunggu cerita terbentuknya Komunitas Skhola Tanpa Batas.
Terimakasih Kisah Inspiratifnya..
Makassar, 25 Mei 2016