Heran.......
Kutatap dikau penuh kecewa, sedih, duka, marah
Selalu meleset pandangan dan dugaanku
Tak berdaya....
Memberi pengertian tentangmu
Tapi semua tiada peduli, acuh dan benci
Akankah terus begini?
Kenyataan semakin terbalik, inginku melangkah tuk berubah
Keadaanmu masih seperti dulu....
Tetap saja susah, pelik penuh komplikasi
Mungkin banyak pandangan yang salah tentangmu
Menganggap mudah hingga acuh
Menganggap sulit hingga cuek bebek...
Termenung memikirkan nasibmu
Seribu mungkinkah selalu muncul dibenakku
Akankah kau mendengar kecewa dan keluhanku
Api membara menjilat-jilat air berlumur darah
Lunglai, bersama air mata kecewa tak berdaya merubah kenyataan pahitÂ
Pertentangan yang tak pernah diduga dan dikira
Pandanglah...
Ki Hajar Dewantara, pejuang tangguh, bapak pendidikan sejati
Berjuang bersama tanpa pamrih Â
Kau pendiri nan jaya di Tamansiswa....
Pelopor pendidikan pribumi
Pendobrak kebodohan....
Kini.....
Aku dan pendukungmu memandang keheranan
Tak bisa mengerti.......
Betapa durhakanya generasi kita.....
Air susu kau balas dengan air tuba
Mengapa sekarang pendidikan melahirkan predator-predator tengik seperti ini!!!
(Ngawi, 1989)
Daur ulang di Makassar, 21 Mei 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H