[caption caption="Dokumen Pribadi/Subhan"][/caption]Pembantu presiden satu ini rupanya tak pernah jera membuat sensasi. Sebelumnya telah membekukan aktivitas PSSI, saking keukehnya seorang Jendral Agum Gumelar dibuat patah arang oleh Menpora, kekolotan hati pembantu presiden satu ini cukup konsisten, figure sensasional sering menjadi tranding topic sosial media ini bernama Imam Nahrowi.
Kini, berulah tingkah bak “pahlawan” kesiangan demi pembalap Rio Haryanto. Menpora meminta gaji PNS di Indonesia dipotong, ini kan akal bulus Menteri. Bagaimana dengan olahraga lain seperti sepakbola, tinju, angkat besi, atletik dan sebagainya, mendapat perlakuan serupa dong pak, jangan pilih kasih justru hal konyol ini akan menimbulkan kesenjangan sosial akut. Bukan hanya Rio Haryanto masih banyak cabang olahraga membutuhkan “uluran tangan” dari pemerintah, termasuk bencana alam nasional.
Kiprah Rio Haryanto di ajang F1 memang cukup diakui membanggakan nama besar Indonesia, dengan adanya wacana Menpora memotong gaji PNS guna mendanai Rio tidak sedikit keikutsertaan Rio dalam seri balapan Formula F1 tahun 2016 membutuhkan dana sebesar 15 juta euro (sekitar Rp226 miliar). Terlalu berlebihan, Menteri pemuda dan olahraga Imam Nahrawi tetap meminta agar gaji setiap pegawai negeri di Indonesia dipotong untuk membantu pembalap Rio Haryanto di ajang Formula 1.
Sebagai PNS/ASN dengan gaji tiap bulan terpotong untuk cicilan kredit, kini diwacanakan “pemotongan gaji" untuk balap F1, saya dan mungkin pegawai lain yang senasib tentu sangat keberatan dengan ide sensasional tersebut, bahkan diluar logika sebagai manusia. Sejauh ini Pertamina selaku sponsorship telah menyediakan 5 juta euro, sehingga pemerintah harus menambal kekurangannya yaitu 10 juta euro yang akan ditambal dari APBN dan sumbangan masyarakat.
Masya Alloh betapa mirisnya melihat “kekayaan” alam negeri kita diambil oleh perusahaan asing sebesar-besarnya, apalah daya untuk kemakmuran rakyat saja sudah sekarat, kemana larinya tuh pajak. Menurut saya dengan mengumpulkan "KOIN BUAT RIO" lebih realistis pak Nahrowi.
Harapan Menpora agar masyarakat “jangan melihat angka 50 miliar tapi pada dampak keikutsertaan Rio Haryanto dalam ajang seri balapan F1,” sama halnya jangan melihat angka yang di KORUPSI tapi lihat dampak KORUPSI, terhadap kesejahteraan ASN/PNS justru menciptakan orang miskin baru, sama kan?
Bagaimana seorang Menpora sebagai publik figure mengambil kebijakan sangat tidak bijaksana, merangsang kesenjangan dengan memaksa pemotongan “gaji” setiap pegawai negeri untuk kegiatan ajang F1 justru 'tidak etis'.
Sampai dimana kekuatan langkah Menpora mampu “meminta-minta” agar pejabat dan pegawai negeri dilingkungan kementeriannya untuk secara sukarela menyisihkan gajinya. Baru di Kabinet Kerja terjadi keganjilan demi keganjilan terjadi, hingga perang urat syaraf sesama menteri ramai dipemberitaan, bisa “dipertanyakan” kapasitas, kapabilitas, elektabilitas mereka sebagai “pejabat publik.”
Hai!!! masyarakat laki-laki maupun perempuan mengaku cinta sepakbola nasional sejati, mana ekspresi kalian, lantangmu dinanti. Mari berjuang bersama-sama, Rio saja bisa dapat kucuran dana, masak sepakbola “dianiaya”, apa tega, kalian melihat generasi emas sepakbola musnah tanpa perlawanan, hingga mengharuskan pemain tim nasional indonesia seperti Tibo dan Patrck “invasi” ke Timor Leste demi mengasah keterampilan menggocek si kulit bundar, keberlangsungan layak hidup. Ini realita mengenaskan depan mata bukan talkshow atau sandiwara.
Fenomena lain bagi khalayak ramai perlu ditunggu SESUMBAR Menpora akan "melepas gajinya" untuk membantu agar Rio Haryanto dapat berkiprah di ajang seri balapan F1.
Kata Kepala Komunikasi publik Kemenpora, Gatot S. Dewa Broto,"Pak menteri akan melepas gajinya, yang akan diumumkan minggu depan," layak kita apresiasi “kejantanan” Menpora. Salut pak!!!