Artikel tentang Jugun Ianfu memang sangat tertutup, terus terang saja ini dikarenakan sejarah menyakitkan bagi kaum wanita, tidak hanya Indonesia tapi juga-wanita di Asia hingga eropa.
Penderitan tersebut cukup lama dan melekat dihati, bayangkan 350 tahun wanita-wanita tertindas, oleh pemerintahan Jepang era tahun 1931-1945 tentu sangat merasakan kesadisan perlakuan terhadap perempuan. Tentara-tentara jepang menjadikan para perempuan sebagai budak seks, dikenal kejam, brutal, nakal. Perempuan-perempuan ini di labeli JUNGUN IANFU oleh militer jepang.
Pada masa peperangan itu, diperkirakan lebih dari 400 ribu perempuan berusia 13 hingga 17 tahunan dipaksa menjadi “budak nafsu birahi” kebinatangan pasikan jepang (nipon).
Jungun ianfu sendiri memiliki filosofi ketidak berdayaan pemerintah indonesia terhadap kekejaman tentara jepang. Sangat mengerikan tabu untuk diungkap ke publik. Kaum perempuan oleh jepang diibaratkan sampah, habis pakai lalu buang, merekrut “perawan” baru untuk dijadikan pelampiasan nafsu seks. Bukan tanpa alasan, karena begitu stress akibat peperangan yang begitu panjang. Konon dalam sejarah kaum wanita Indonesia juga banyak mengalami berbagai tekanan dan pemaksaan yang begitu keras oleh penjajah. Mereka banyak mengorbakan jiwa dan raganya demi bangsa ini agar bebas dari cengkraman kejam penjajahan. Kaum wanita Indonesia dimasa penjajahan sungguh tidak berharga, kehormatan mereka dilecehkan begitu saja oleh penjajah negeri ini dimasa itu. Kaum wanita Indonesia dalam sejarah bangsa Indonesia sungguh menyedihkan..
Sejarah kelam tanah air indonesia merupakan “noda hitam” dibawah kekuasaan militerisasi Jepang, wanita-wanita/perempuan kerap menerima perlakuan kasar tanpa pri kemanusian dan pri keadilan, kenyataan yang diterima selalu mendapat pemerkosaan secara massal.
Merinding bulu kudu saya mengulas kembali ketabahan wanita korban jungun ianfu. Selain sebagai bahan renungan, betapa hebatnya perempuan kala itu berkorban jiwa raga serta kehormatannya, meski pada akhirnya tak mampu berbuat apa-apa.
Tubuhnya disetubuhi secara paksa dibawah tekanan begitu kejam tanpa perlawanan, bayangkan wahai kaum “hawa” dalam sehari dipaksa melayani hingga 10 orang hingga 20 orang tanpa imbalan sepadan.
Zaman globalisasi sekarang ini sangat sulit mencari pengakuan dari perempuan-perempuan Jungun Ianfu atau wanita pemuas birahi sek pada zaman jepang, pada posisi seperti ini sebuah delima buat mengungkap sejarah kelam mereka yang tidak pernah mendapat “pengakuan” dalam sejarah indonesia. Bukan hal sepele, banyak dari korban-korban “Jungun Ianfu” enggan bercerita karena merasa malu dan merupakan “aib” masa lalunya yang kelam.
Kemajuan pesat yang dialami kaum wanita Indonesia saat ini adalah bagian dari rintisan para pejuang sebelumnya dan juga sebagai anugerah Tuhan yang begitu besar nilainya. Maka diharapkan bagi kaum wanita Indonesia, janganlah melupakan sejarah bangsa yang telah banyak dibangun oleh kaumnya sendiri. Nah ketika jaman sekarang masih ditemui lelaki melakukan pelecehan fisik terhadap perempuan, mereka mewarisi “kebiadaban” perilaku tentara jepang.
Setelah sekilas membaca sejarah yang terungkap diatas tentang kaum wanita Indonesia pada peristiwa Jugun Ianfu dimasa itu sungguh menyedihkan. Apa yang tersurat di atas benar menjadikan kita merasa miris dibenak hati dan perasaan kita atas pemberlakuan kaum wanita benar tidak dihormati dan tidak dihargai harkat dan martabatnya, kaum wanita Indonesia sungguh terinjak-injak harga dirinya saat itu. Nah kalau sudah demikian bagaimana keadaan sekarang tentang keberadaan kaum wanita Indonesia saat ini?
Meski sebagian perempuan-perempuan Jungun Ianfu telah tiada, kita sebagai generasi penerus bangsa “wajib” mendongengkan sejarah ini kepada keturunan kita, supaya tidak melupakan sejarah perempuan indonesia korban kebuasan fasisme jepang yang dipaksa melayani nafsu seksualnya selama berkuasa di indonesia. Biadab!!!
Sebelumnya perempuan yang dijadikan Jungun Ianfu ada yang disekap dalam satu asrama dengan tingkat penderitaan menyedihkan, bahkan dalam sehari dipaksa melayani 10 (sepuluh) birahi laki-laki tentara jepang. Siksaan berupa pukulan, tendangan, tamparan makanan sehari-hari setiap menolak melayani. Perlakuan “sadisme” harus diterima ketika mendapati “jungun Ianfu” hamil, karena jungun ianfu tidak diperbolehkan hamil, bayi yang ada dalam kandungan dipukuli, ditendang, ditampar, sampai perempuan tersebut keguguran dan jabang bayi “mati” Astagfirulloh.
Kisah pilu Jungun Ianfu memang pedih untuk diungkap dipermukaan, sehingga membuat kehilangan semangat untuk hidup, terlebih-lebih bagi yang membacanya.
Tentu setelah membaca uraian diatas sudah banyak mengetahui bahwa kaum wanita Indonesia saat ini boleh dibilang sudah banyak kemajuan dalam berbagai hal. Tidak sedikit kaum wanita Indonesia saat ini banyak terlibat langsung pada pembangunan bangsa Indonesia dari berbagai bidang. Di dunia politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, hukum, militer dan lain sebagainya.
Selain dari itu perjuangan perempuan jaman sekarang lebih baik melalui “emansipasi” wanita mengangkat harkat martabat, karena di eraglobalisasi ini masih banyak kaum wanita indonesia yang tertinggal dan tertindas dengan kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang kian tak menentu pada sistem monopoli pemerintahan yang berjalan tidak seimbang.
Para wanita, tentu tidak lupa dengan semangat kartini "HABIS GELAP TERBITLAH TERANG."
DAHULU BODOH, SEKARANG PANDAI
DULU TIDAK TAHU, KINI SEMAKIN TAHU
SEMANGAT- BANGKITLAH!!!
Makassar, 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H