Ketika sudah merambah ke Hak Asasi Manusia (HAM) “ribet” urusannya, dibutuhkan kepekaan hatinurani untuk mengentaskan hal satu ini, harus ada solusi lain sebelum “memusnahkannya” karena biar bagaimanapun pete-pete merupakan angkutan alternatif lain, terhadap rute yang tidak di lalui BRT.
Kendaraan ini bisa ditemui pada tiap halte di Jalan Boulevard–Jalan Pettarani–Jalan Urip Sumoharjo–Jalan Ratulangi–Jalan Kakaktua–Jalan Rajawali–Jalan Metro Tanjung Bunga–Mall GTC–Trans Mall Makassar–Karebosi Link–Halte Pantai Losari-Jalan Perintis Kemerdekaan hingga Bandara. Jalan-jalan tadi adalah jalur yang dilalui oleh BRT. Saat ini nampaknya BRT solusi tepat mengurangi kemacetan.
[caption caption="Dalam Kabin BRT"]
Kekurangannya belum ada papan informasi yang jelas di HALTE tempat menunggu bus BRT merupakan faktor utama terkendalanya masyarakat mengetahui rute koridor dan jadwal keberangkatan serta kedatangan BRT. Semoga kedepannya akan dibangun papan informasi tiap halte sebagai tempat pemberhentian dan menunggu BRT yang datang saat kita ingin melanjutkan perjalanan pulang pergi.
[caption caption="Lajur Bus Lane"]
Sebuah perjalanan yang amat menyenangkan penuh nuansa manusiawi, tidak harus adu otot ngetem nguber setoran menikmati liburan. Baru kali ini saya merasakan nikmatnya kendaraan umum di Makassar. Kabin yang lapang dan ber AC, juga suasana yang tidak sesak sebagaimana lazimnya kendaraan umum lainnya. Bahkan bisa tertidur sejenak, bila rute perjalanan cukup jauh. Dari pengalaman perdana ini, saya setidaknya memetik hikmah arti sebuah pelayanan, keistimewaan naik BRT. Kenyamanan berkendara terjamin dengan fasilitas AC dan ruang yang sangat luas membuat kita lebih leluasa bergerak. BRT tentu lebih aman dan menjauhkan kita dari ancaman kejahatan jalanan seperti pencopetan/jambret, begal, maupun udara kota yang berpolusi.
BRT pilihan ketika kita hendak bersantai ria, utamanya di akhir pekan atau liburan panjang. Kami pulang dengan selamat, sampai rumah pukul 13.30 wita siang. Sesampai dirumah, saya antusias menceritakan naik BRT pertama kalinya kepada istri untuk mencobanya, akhirnya cerita itu membuahkan hasil rasa penasaran, berniat ingin mencobanya.
Sebuah pengalaman yang cukup menyenangkan, terutama bagi anak saya, bahkan ketagihan ingin mengulang naik BRT dengan rute lainnya, minggu depan, Insya Alloh. Jadi, pemilik kendaraan pribadi tidak perlu “JAIM” menggunakan kendaraan umum semacam BRT kendaraan “manusiawi” yang berpotensi menelorkan kemacetan. Ayo, naik bus agar lalulintas jalan raya tidak macet….!
Makassar, 4 Januari 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H