Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Berkunjung ke Bantimurung, “Murung” Jadi “Urung”

26 Desember 2015   11:49 Diperbarui: 26 Desember 2015   17:28 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Air Terjun Bantimurung
[caption caption="dokumen pribadi/subhan"]

[/caption]Buruknya cuaca di bulan Desember tidak menyurutkan langkahku mendekati pesona air terjun. Air terjun dengan ketinggian 15 meter, lebar 20 meter mengalir diantara tebing-tebing terjal bernama “karst.” Karst bentuk karya seni dari sang pencipta berupa pegunungan yang diakibatkan adanya kumpulan bebatuan kapur. Kawasan karst bantimurung merupakan kawasan terluas ke dua di dunia. Air terjun melalui tingkatan bukit sungai berbatuan dihiasi oleh lingkungan di dominasi warna hijau dedaunan dari hutan sekeliling bukit berada di dalam areal taman wisata alam Bantimurung Bulusaraung, tersedia juga kolam pemandian.

Upaya kami berlama-lama mendekati derasnya air terjun, terbayar lunas, aksi narsis pun sempat kami abadikan demi menjaga eksistensi di dunia foto. Di area tersebut terdapat sekitar 268 gua. Gua Leang, Leaputte menjadi gua terdalam dengan kedalaman 260 meter, yang terpanjang gua salukkan kallang dengan panjang kira-kira mencapai 27 kilometer. Gua batu dan gua mimpi paling familiar menurut sejarah awalnya gua tersebut merupakan bertapa dan kediaman Karaeng Toakala atau Raja Bantimurung.

[caption caption="Narsis di Air Terjun Bantimurung"]

[/caption]Dari papan informasi yang saya baca, di atas air terjun terdapat gua batu dengan jarak kurang lebih 800 meter dengan melewati anak tangga dan menyusuri jalan setapak yang diapit sungai dan tebing. Pada gua batu pengunjung dapat melakukan penelusuran gua dan menyaksikan ornamen-ornamen gua yang sangat indah. Di depa gua batu terdapat danau kassi kebo yang memiliki air berwarna hijau dan tepian berpasir putih. Disekitar danau sangat mudah dijumpai beberapa jenis kupu-kupu berwarna-warni dan beterbangan dan hinggap dipinggiran danau, lagi-lagi saya menyesal tidak sanggup melanjutkan perjalanan ke gua batu, maklum fisik tak setangguh dahulu.

[caption caption="papan informasi goa batu"]

[/caption]Keunikan lain kawasan wisata ini adalah terdapat gua-gua alam, diantaranya gua mimpi dan gua batu. Gua mimpi letaknya di sisi kanan sungai, sedangkan gua batu letaknya tepat diatas air terjun

Museum Kupu-kupu
[caption caption="Ke Museum Kupu-kupu"]

[/caption]Pengunjung akan disuguhi indahnya atraktifitas berbagai jenis spesies kupu-kupu yang hidup di alam bebas maupun dalam penangkaran berterbangan diantara semak belukar dan cantiknya bunga sepatu, bunga amali-mali merupakan hinggapan favorit kupu-kupu, keindahannya sungguh tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata tanpa langsung melihat dengan mata kepala sendiri.

[caption caption="kupu-kupu hinggap di bunga amali-mali"]

[/caption]Kawasan ini memang dikenal sebagai habitat berbagai spesies kupu-kupu langka. Bahkan peneliti asal Inggris Alfred Russel Wallace (1823-1913) memberikan julukan terhadap kawasan bantimurung sebagai kerajaan kupu-kupu lebih populer dengan sebutan The Kingdom Of Butterfly. Dari informasi yang saya dapatkan dari petugas museum kupu-kupu tidak kurang 170 spesies kupu-kupu bermukim di areal bantimurung.

[caption caption="penangkaran kupu-kupu"]

[/caption]Selain kupu-kupu di kawasan ini juga terdapat ikan beseng-beseng ukuran panjangnya bisa mencapai 55,4 mm, kera berbulu putih dan sebagainya, akhir-akhir ini keberadaannya kian langka di jumpai.

Demi menjaga kelestarian kupu-kupu dari kepunahan akibat pemburuan liar yang dilakukan masyarakat sekitar sebagai bahan utama cindera mata, pihak pengelola Taman Wisata Alam Bantimurung Bulusaraung melakukan penangkaran di areal seluas 2 hektare. Untuk mendapatkan informasi lengkap, pengunjung dapat mempelajari spesies di sangkar penangkaran, serta mengamati di dalam museum kupu-kupu yang telah diawetkan. Dari kondisi geografis Bantimurung lebih kurang seluas 43.750 hektar akan sangat tepat sekali dijadikan tujuan wisata keluarga, wisata pendidikan, refreshing muda-mudi, pecinta alam hingga menjadi tempat penelitian ilmiah.

Belakangan pengunjung yang hendak mengamati kupu-kupu harus gigit jari, pasalnya di museum hanya sedikit ingin menemukan 170 jenis spesies kupu-kupu dalam hutan bantimurung, karena hanya tersedia sebagian kecil tersedia, itu pun dalam bentuk sudah diawetkan, tragis!!!

[caption caption="pengawetan kupu-kupu"]

[/caption]Berkurangnya jenis spesies kupu-kupu dikarena eksploitasi manusia menggarap kawasan wisata masih berorientasi pada materialistis, tanpa mengelola jenis-jenis spesies endemik bantimurung dengan rasa manusiawi.

Menjamurnya pedagang kios-kios pedagang kaki lima, besar peranannya dalam memerosotkan jenis-jenis spesies kupu-kupu sebagai souvenir yang ditawarkan, berbahan utama kupu-kupu yang diawetkan dipajang dalam gantungan kunci dan figura kaca. Kupu-kupu ini merupakan spesies khas hasil perburuan dari kawasan wisata alam bantimurung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun