Minggu Kedua : Mengapresiasi Sebuah Novel
: Namamu
Aku tak pernah tahu
Jika mengingatmu
Selalu menyebut namamu lengkap
: Dirimu
Tiga menit pertama aku menatap senyummu
Delapan menit berikutnya
Kita saling mentasbihkan rindu
Akankah menjadi sebelas menit yang indah,
untuk selamanya ?
: Ketakutanmu
Selalu kau katakan
Jika kau takut naik pesawat
Apakah kau merasa, jika naik pesawat
ibarat kucing dalam kotak berisi kapsul sianida?
Apa karena dirimu menyadari,
jika orang-orang di luar sana tidak tahu bagaimana kamu sampai mendarat nanti?
Atau,
karena kamu merasa mempercayakan nasibmu di tangan pilot ?
Tidak
Jangan pernah berpikir seperti itu, sayang
: Bersamaku
Aku ingin menggenggam tanganmu jika ada ketakutan itu
Sebelas menit paling kritis di dalam pesawat
akan aku tenangkan dari pikiranmu
: Kita
Selalu ada tanya
akankah Kau, Aku
menjadi Kita ?
“Love does not consist of gazing at each other, but in looking outward together in the same direction”
Surabaya, 10-03-2016
Sumber gambar : dokumen pribadi
Terinspirasi novel CRITICAL ELEVEN karya IKA NATASSA
Dalam dunia penerbangan, di kenal istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat. Tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing. Karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu.
In a way, it’s kind the same with meeting people. Tiga menit pertama, kritis sifatnya karena saat itulah kesan pertama terbentuk, lalu delapan menit sebelum berpisah. Karena delapan menit ketika senyum, tindak tanduk dan ekspresi wajah orang tersebut jelas bercerita apakah itu akan jadi awal sesuatu ataukah justru menjadi perpisahan.
Karya ini di ikutsertakan dalam rangka memeriahkan HUT Perdana Rumpies The Club
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H