Mohon tunggu...
Pipiet Senja
Pipiet Senja Mohon Tunggu... profesional -

Seniman, Teroris Tukang Teror Agar Menjadi Penulis, Pembincang Karya Bilik Sastra VOI RRI. Motivator, Konsultan Kepenulisan, Penyunting Memoar: Buku Baru: Orang Bilang Aku Teroris (Penerbit Zikrul Hakimi/ Jendela)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pecinta Sejati Itu, ML Hebat: Sampai Nyosor Ke Kuburan Cina; Hayyaa... Cincaylaaah!

8 Mei 2010   00:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:20 6409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hatta, pada suatu hari bulan April, masih tahun ini;

Setelah beberapa kali buat janji mau ngedate, dan hanya sekali yang terpenuhi, akhirnya diputuskanlah; harus ketemu siang ini, apapun yang terjadi!

Toook, took, tooook!

Nah, kalau palu sudah digetok, mau bilang apalagi selain; ayoook!

Pagi itu pukul Sembilan, di tempat ngeposku di Rawamangun, aku lagi ribet urusan laptop yang sering ngehang tiba-tiba tanpa alasan alias hobi error, sebuah pesan di layar ponsel muncul: “Eda kami sudah sampai!”

Buru-buru aku keluar ruangan, dan benar saja, pasangan itu sudah duduk dengan manisnya di ruang tamu.

“Naaah, jadi dia ini yang Eda bilang lelaki sejati, eh, tukang cinta itu,” aku iseng bercanda.

“Yaaa… begitulah, barangkali,” jawabnya sambil tertawa renyah.

Dia ini seorang perempuan bertubuh seksi dengan daya pikat memesona, jika bicara terutama soal seks. Maklum, pakarnya seks, patutlah dia diberi gelar; Ratu Seks Kompasiana.

Siapa coba? Yup, betul sekali kamu, ini dia ML alias Mariska Lubis, Sodara!

Kucermati beberapa jenak sosok itu, jauh-jauh datang dari Aceh, kiranya demi jumpa dengan manini. Hihi, geer nih dakuw! Yah, tentu saja demi ML, kaleeee… Ops, apapun demi apapun itu, pokoknya tralalala, kami sudah bertiga!

“Karena bosnya ada di kantor pusat di Ciawi, kita ke sana saja, yuuuk?” ajakku.

“Ayo aja!” sahut keduanya kompak.

Siapa sih dia? Lelaki sejati itu hobi banget menulis urusan filosofi, wartawan, aktivis, yang pernah ditaut-tautkan dengan beberapa cewek seksi di Kompasiana oleh Babeh Helmi tea.

Yup, ini dia; Rismanaceh alias Rismanenjels-nya Babeh Helmi!

“Naik apa kita ke Ciawi?” Tanya ML.

“Pake mobilku, tapi diambil dulu di kantor anakku di Thamrin, mau ya?” aku menatap sekilas wajah ML yang di mataku suka mendadak merah dadu itu, entah mengapa. Eda saaaay; ayo, ngakuuuu! Hihi.

“Oke!”

Kami naik taksi, kebetulan taksinya bagus masih baru dan aroma harumnya serasa romantis, tiiiis….

Perjalanan dari Rawamangun ke Thamrin dinuansa perkenalan lebih dalam, tawa canda pun mulai merebak. Singkat cerita, setelah dapat mobilnya, maka kami pun menuju Ciawi.

Banyak cerita terjalin, mulai dari kisah lucu, canda, romantis, tegang-tegangan sampai sosok-sosok di balik lapak masing-masing,. Pokoknya seputar blog sosial yang mempertemukan kami, yaitu; Kompasiana.

“Aku kaget loh, waktu baca komentarmu dalam tulisan pertamaku. Kau bilang; apalagi saya ini tukang ngeseks, ML geto looooh….” Kataku kembali mengenang awal-awal keberadaanku di Kompasiana.“Kupikir, ini cewek apaan ya, kok berani-beraninya ngaku tukang ngeseks, doyan ML segala? Jadi, daku selidiki saja dirimu itu siapa, dibrowsing segala, olalala, ternyata… ML ya!”

“Hahahahaha!” ML dan Risman tertawa hebat.

Musik pun terus mengalun, ada CD romantic jadulku, lagu-lagunya meman full romantic; When a man loved a woman… duhai!

Dan mendadak saja mereka berbaku debat, diskusi, ngoceh dan entah apalagi. Lelaki pecinta sejati itu dan ML superduper tukang ngeseks itu, benar-benar melakukannya!

Melakukan apa coba, tebak-tebak manggis deh...Heuheu!

Sampai kami baru menyadari tiba-tiba telah nyosor ke kuburan kuno, leluhurnya ML, alias pemakaman para keturunan Tionghoa, letaknya di belakang kawasan Rancamaya.

“Ini gara-gara dikaulah, Eda,” candaku, berlagak protes.

“Looooh, kok gara-gara aku sih, Eda Pipiet?”

“Iyalah. Gara-gara dikau ini keturunan Tionghoa. Jadi, ada leluhurmu yang kepingin…”

“Apa, ya, ngapain coba?” ML celingukan, gak paham apa pura-pura nih yeee?

“Yah, mo ngesek kaleee…”

“Hahahahaha!”

Sampai di sini, kisahnya, terpaksa dicut dulu, ya!

Soalnya menyaksikan pasangan itu, jika sedang kebetulan tanpa sengaja bertatap mata; duuuuuh, duuuuh, aduuuuh; gak nahaaaan!

Catatan; ini urusan naskah ML yang sedianya ingin diterbitkan di penerbitku. Kelanjutan kisah-kasihnya boleh ditanyakan langsung kepada para pelaku. Hehe, selamat weekend, kami lagi di Bandung, Islamic Book Fair, Gedung Landmark jalan Braga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun