Indonesia berduka. Kedukaan Indonesia karena kehilangan seorang bernama Jakob Oetama. Hal ini terbaca dari berbagai ungkapan belasungkawa mulai dari presiden RI sampai rakyat biasa. Secara tak berlebihan, boleh dikatakan bahwa Jakob Oetama telah hidup di hati manusia Indonesia dan telah mati terkubur di dalam tanah indonesia.
Seperti tokoh besar lainnya, Jakob Oetama dikenang dari sosok, isi ajarannya dan karya-karyanya. Ketiga elemen ini menjadi kriteria dan alasan terkuat seseorang patut disesali menjelang kepergiannya untuk selama-lamanya.
Sebagai seorang tokoh, sosok Jakob Oetama memiliki fondasi filosofi hidup yang kokoh. Katanya "hidup adalah providentia Dei" (Penyelenggaraan Ilahi) sebenarnya mencuat suatu keyakinan bahwa nilai transendentallah yang menjadi titik berangkat dan titik tuju dalam membangun dan mengelola hidup. Nilai-nilai itu seperti kebaikan, kebenaran, keindahan, kedamaian dan sukacita.Â
Karena semua nilai itu bersifat transendental maka harus berproses tanpa henti dalam pencarian, pergumulan, internalisasi dalam diri kemudian diaktualisasi dalam kebersamaan. Dari rentetan pola formasi diri ini membentuk karakter atau jati diri sehingga layak sebagai tokoh yang dikagumi. Sebab sosok atau tokoh merupakan watak/kepribadian personal yang bermuara pada buah kebajikan bagi kehidupan. Â
Dari banyak kesaksian semisal pasangan suami-istri  di Sumatera Utara, Hanson Tumanggor dan Devi Lestari Basara memberikan nama Jakob Oetama (JO) kepada anak mereka yang lahir tanggal 09 september 2020. Sebagai pengagum, pemberian nama anak itu sebagai bentuk pengenangan dan penghormatan terhadap sosok Pak Jakob yang mencintai budaya kemanusiaan dan mampunyai semangat memanusikan manusia (Tribunnews maker.com 10/0920).
Sebagai teman dan rekan generasi, Jusuf Kalla mengatakan "Jakob Oetama adalah tokoh nasional yang mempunyai banyak sisi diantaranya pemersatu". Atau sebagai pejabat pemerintahan, Mahfud MD pun berujar bahwa "Jakob Oetama senantiasa memikirkan pembangunan bangsa karena pemikirannya berkarakter konstruksif dan inklusif yang mengarah pada kebaikan".
Selanjutnya jika kita menelisik tentang karya dari Jakob Oetama berarti kita menelusuri jejak pencapaiannya. Dengan jelas membaris dihadapan kita berbagai karya dan pencapaian seperti buku-bukunya dan salah satunya berjudul "Bepikir Ulang Tentang Indonesia yang dicetak oleh Penerbit Kompas tahun 2002".
Adapun aneka profesi yang sempat disandangnya antara lain; guru SMP, Wartawan, Pendiri Harian Kompas, Pejabat Legislatif ketika menjadi Anggota DPR Utusan Golongan Pers dls. Deretan penghargaan pun diberikan seperti "Bintang Mahaputera Utama" dari Presiden Soeharto tahun 1973 dan pada tahun 2019 menerima penghargaan "Achmad Bakrie" Bidang Jurnalisme.
Setelah kita mengetahui sosok dan karya akan terendus pula bagaimana isi ajaran dari tokoh nasional ini. Hemat saya ada beberapa gagasan yang tercecer dan diketahui banyak orang seperti Providenti Dei (asas hidup dan keyakinan), humanisme transendental (asas berkarya), pemanusiaan manusa (asas edukasi) dan restorasi Indonesia (pembangunan bangsa) sebagaimana tertuang dalam bukunya "Berpikir Ulang Tentang Indonesia".Â
Walau demikian, soal isi ajaran tidak tapat bisa terlihat secara partial dari karya-karya, karakter kebajikan hidup maupun berbagai ideologi saja yang pernah dibagikan. Namun totalitas yang mencakup seluruh aspek hidup dan terarah kepada nilai-nilai yang bersifat membangun dan menghidupkan.
Hemat saya bila dicermati dari perjuangan hidup, pengabdian, karisma dan totalitasnya Jakob Oetama bisa ibaratkan dengan sebutan "sang nabi". Karakter nabi menggauli isi hidup sang tokoh.
Dalam pengertian religius, nabi merupakan pengantara antara Tuhan dan manusia. Nabi adalah orang yang dicerahi, memiliki pengalaman religius yang murni karena kedekatannya yang intim dengan Tuhan. Walau begitu seorang nabi hanyalah utusan dimana isi pengajarannya tidak berpatok pada diri sendiri melainkan pada yang mengutusnya.
Dalam pemahaman Yunani Klasik, Nabi adalah penutur kebijaksanaan. Seorang penutur tidak pernah mengatasnamakan orang lain atau lembaga tertentu tetapi bertindak  atas otoritas dan tanggung jawabnya sendiri. Nabi adalah pemangku kebijaksanaan karena kedalaman berpikir akan segala sesuatu dan mengutamakan esensi nilai kehidupan.
Dua karakteristik nabi diatas mungkin tergambar suram-suram jika disandingkan dengan sosok kehidupan Jakob Oetama. Bagi saya Jakob Oetama memiliki sisi religiositas yang mendalam. Ia merupakan pribadi yang kagum akan kebesaran Tuhan dan menjadikan Tuhan pusat nilai bagi kehidupan manusia. Sehingga ia mampu menerjemahkan nilai transendental dalam kenyataan hidup dan mengarahkan kehidupan manusia kepada nilai absolut (humanime transendental).
Dengan meminjam perkataan Paul Recoeur tentang zaman disebut "Recul de Sens" (zaman yang kehilangan makna hidup). Oleh karena itu, kita harus menjadi "Prothete du sens" (nabi yang mewartkan nilai-nilai hidup). Saya pikir Jakob Oetama telah menggenapi suatu peziarahan panjang hidupnya demi memperjuangkan nilai-nilai kehidupan bagi banyak orang.
Sayangnya, nabi adalah manusia yang diapiti dua rahim yang tak dapat ditolak yakni rahim kelahiran biologis dan rahim kematian. Lahir dari rahim menuju kehidupan dan pergi berlalu menuju rahim kekekalan.
Walaupun terhimpit ditengah dua rahim ini, cerita tentang Jakob Oetama bukan soal awal dan akhir atau pun soal kelahiran dan kematian tetapi soal keseluruhan hidup dengan segenap dinamika, proses dan kaskasian yang utuh.
Boleh dikatakan pak Jakob telah memenuhi keberartian hidupnya. Ia hidup untuk semua termaksud bagi segenap bangsa ini. Itulah tuntutan seorang nabi yang harus menemani, merintis jalan pembaruan dan menciptakan serta memperjuangkan kazanah nilai-nilai manusiawi.
Sehingga tak mengherankan jika Jakob Oetama layak disebut tokoh pers nasional dan dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata oleh Jusuf Kalla yang mengatasnamakan negara, bangsa dan tentara republik Indonesia. Â Â Â
Saat ini kita sebagai manusia indonesia boleh mengusung, mengubur atau mempersembahkan raga Jakob Oetama kapada rahim ibu pertiwi tetapi bukan semangat jiwa nya dalam merawat, membesarkan bangsa ini. Semoga sosok keteladanan, karya dan isi ajaranya tetap terpatri dalam palung nubari kita masing-masing.
Selamat jalan Yakobus Oetama!!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H