Mohon tunggu...
Viator Henry Pio
Viator Henry Pio Mohon Tunggu... Freelancer - Fakta : Proyek Agung Pikiran dan Kata

Start by doing what's necessary; then do what's possible; and suddenly you are doing the impossible

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Akhir Neo dalam Jiwa yang Diam

23 April 2020   00:12 Diperbarui: 23 April 2020   00:21 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar ucapan itu, sejenak kami semua terdiam. Hatiku terasa kosong mendengar kata pisah yang secara mengejutkan akan mengantar kami diambang cerai kala itu.

"Tapi kamu masih tinggal di sini beberapa hari lagi kan?''

 "Tanya seorang temanku dengan nada penuh harap"

"Aku harus pergi sore ini. Aku pergi bukan berarti aku tidak ada. Biarlah kerinduan yang akan mempertemukan kita dan biarlah memori yang menjadi saksi persaudaraan dan persahabatan kita." 

Jawabnya dengan nada sayup.

Percakapan yang singkat itu seakan menyudahi keeratan yang dibangun dengan cucuran perjuangan selama lima setengah tahun. Ya Tuhan begitu banyak kisah yang terjalin, tak terhitung badai yang telah menerpa serta berbagai peristiwa- peristiwa yang membekas yang kami rasakan bersama di tempat ini. Mengapa penghujung larah ini begitu piluh'?  Gerutuku dalam hati.

Suasana terlihat tegang, gumpalan--gumpalan asap terus membubung mengawani gubuk tua itu. Begitu banyak ekspresi yang diperagakan oleh teman--teman. Ada yang diam membisu. Ada yang menggelengkan kepala seakan tak percaya bahwa keberssamaan itu akan segera usai. Ada pula yang menepuk bahunya sekedar memberi kekuatan untuk terus menjelajahi kehidupan yang baru. 

Aku tidak tahu pasti seberapa dalam kekecewaan, kekalutan, kesedihan yang diderita teman--temanku. Namun satu rasa yang pasti menderahku hanyalah sebuah pertanyaan yang terus menggerogoti arus benakku.

"Mengapa kami harus berpisah dikala benih--benih kebersamaan masih bertebaran di pelataran hati kami?

Matahari mulai condong kearah barat. Waktu sudah menunjukan pukul 16:00 sore. Gemahan nada perpisahan mulai terdengar begitu nyaring. Pusaran  mata kabur oleh genangan airnya dan hati dalam kebingungan untuk mengartikan peristiwa ini. Ya,,, sungguh peristwa ini tak kuduga sebelumnya.

"Ayo bro, aku su mau berangkat nih?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun