Mohon tunggu...
Viator Henry Pio
Viator Henry Pio Mohon Tunggu... Freelancer - Fakta : Proyek Agung Pikiran dan Kata

Start by doing what's necessary; then do what's possible; and suddenly you are doing the impossible

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Karakter Zoologis Spesial Manusia di Tengah Pandemi Corona, Meminjam Gagasan Elias Canetti

4 April 2020   01:52 Diperbarui: 4 April 2020   01:57 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehadiran Wabah Corona atau COVID 19 memberi suatu kejutan bagi dunia. Kejutan itu menggerus perhatian penduduk dunia karena wabah bekarakter mendera, mengancam bahkan meniadakan eksistensi manusia. Untuk itu, berbagai upaya diterapakan dengan melibatkan segenap elemen masyarakat baik secara individul maupun kolektif untuk memagari jaring penyebaran corona. Alasan paling fundamental adalah menjaga keberadaan manusia karena nilai hidup tak dapat ditukar atau tergantikan dengan apapun.   

Ada dua himbaun umum yang secara bergeliria diterapkan ditengah kegentingan wabah ini yakni pertama, "menjaga jarak" yang kemudian diistilahkan dengan self distancing, physical distancing, social distancing. Kedua, "menghindari kerumunan atau masa". Pola ini kemudian mendapat traktat legalitas resmi seperti lockdown, karantina wilayah dls.

Pada tataran ini, pertanyaannya yakni sejauh mana tingkat kepatuhan atau pemahaman terhadap himbauan/peraturan itu?

Untuk mengulas persoalan dilematis ini, kita mencoba berkaca buah-buah gagasan yang ditawarkan oleh Elias Canetti. Secra sepintas, Elias Canetti merupakan orang Bulgaria, dari keluarga pedagang Yahudi. Ia adalah seorang filsuf yang pernah meraih Nobel kategori Sastra dan Literatur tahun 1981. Tahun 1960 ia  menerbitkan sebuah karya tersohor berjudul Crowds and Power.

Ada dua gagasan yang paling  menonjol dari Elias Canetti yakni bidang Psikologi dan Sosiologi masa. Pemikiran filosofisnya mengarah pada karakter zooligis yang dalam bahasa Budi Hardiman disebut epistemologi naturalistik, bahwa semua perilaku dan tindakan manusia didasari oleh suatu motif primitif yang dapat ditemukan pada hewan-hewan yang hidup di rimba.

Karakter primitif itu terejawantah dalam dua tindakan yakni "rasa takut pada persentuhan" dan "kerumunan masa". Dua gagasan Canetti ini akan diterjemahkan dalam konteks himbauan umum untuk menjaga jarak dan menghindari kerumunan masa.

Pertama, dengan melihat korban terinfeksi virus corona di dunia yang tengah mencapai angka jutaan dengan menelan nyawa puluhan ribu dan selamat atau sebuh ratusan ribu, sebenarnya menggambarkan suatu kegelisahan dan katakutan pada manusia. mengapa? Dengan mengobok-obok kemapanan pada zona kritis dan menggiring manusia pada liang lahat corona sebenarnya menyatakan diri sebagai "dia" membungkus masa ini dalam kepalan kekuatannya.  

Social distancing mempuanyai kemungkinan terpelihara suatu parasaan yang dalam bahasa canetti "rasa takut akan persentuhan" dalam relasi manusia. jelas bahwa ketakutan bukan pada pribadi manusia tetapi corona yang menjangkiti manusia itu. Ketakutan pun akan bahaya kematian akibat corona. Dengan begini, corona bisa diibaratkan sebagai singa yang menguasai rimba. Suatu "tuan" yang menguasai dunia.

Ketakutan akan persentuhan dapat dibaca dalam dua poros yakni; pertama secara negatif dimana sebagai dasar kewaspadaan agar tidak membiarkan corona terus bereksistensi.  Bukan dalam ketakutan kepada korban yang terinfeksi corona sampai memasang sekat dan tidak mengulurkan tangan untuk menolong. Kedua, secara positif; sebagai upaya penyelamatan diri sendiri dan orang lain. Suatu jalan keluar dari permasalahan.

Jika dipahami bahwa corona adalah komponan sel yang memasuki tubuh manusia meracuni dan mematikan manusia. Dengan begitu, "corona ada dengan membunuh". Benar dan faktual.

Namun konsepsi yang harus menonjol dari manusia rasional adalah bahwa corona ada secara parasit, artinya corona tidak hidup dalam dirinya sendri. Oleh karena itu ia terus menyebar untuk bereksistensi karena ia merupakan sel yang dapat hancurkan oleh imun tubuh manusia yang lebih kuat. Ketakutan bukan suatu reaksi spontan yang mengarah kepada kepanikan berlebihan tetapi sebagai tahap awal dalam membangun atau menyusun mekanismen perlindungan diri dalam kehidupan bersama.

Saya kira "ketakutan akan persentuhan" anjuran Canneti boleh dibiasakan walau bernada primitif zoologis namun sebagai jalan memutus jaringan corona.

Kedua, dalam mengulas tentang masa Caneti berujar bahwa kerumunan merupakan ketagihan akan persentuhan. Kerumunan ekspresi rasa takut yang tak  tertahankan. Kerumunan pembalikan dari rasa takut. Kerumunan menjadi persentuhan total antara manusai untuk menciptakan kesatuan.

Kerumunan yang dimaksud Canneti adalah suatu masa yang padat dangan tubuh yang berdesakan. Tubuh itu anonim dalam arti tidak mengenal satu sama lain, namun mereka menjelma menjadi satu gerak, yaitu gerak massa. "Tepat setelah manusia menyerahkan dirinya ke dalam massa yang bertujuan kreatif dan merusak.

Dalam konteks kita yang sedang menghadapi persoalan corona, janganlah kita menjadi "tubuh yang anonim" berusaha menunggangi, bersatu, berkerumun dengan wabah ini untuk kepentingan dan keuntungan pribadi. Janganlah ada gerak "masa corona" karena akan memperberat proses penyelesaian peblem ini.

Masa juga terjadi karena panggilan kultural, suatu kebiasaan yang memang sulit untuk dicegah. Karena suatu kebiasaan yang sudah terpola secara matang dan bahkan warisan dari zaman ke zaman. Jika budaya kerumunan itu tak "diliburkan" untuk sementara waktu bahaya corona akan terus menggejala dan menjalar.

Akhirnya, boleh dikatakan dalam konteks kita kini bahwa proses keluar dari permasalahan  dengan menghindari persentuhan adalah upaya peningkatan kesadaran untuk mengakhiri wabah corona dan masuknya orang dalam kerumunan merupakan kembalinya manusia pada rimba zoologis yang akan menimbulkan kenyataan destruktif bagi kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun