Menurut Levinas, etika tanggung jawab substitusional berarti suatu penerapan tanggung jawab total. Artinya saya tersubtitusi atau berada pada tempat korban dengan bersedia menanggung kemalangan, kesalahan, kelukaannya.Â
Saat saya melihat atau menjumpai korban seluruh pehatian saya terbajak. Sebelum saya bersikap dan beraksi, saya sudah tersandera. Tanpa berbuat apa-apa, saya sudah menjadi terdakwa atau teraniaya oleh orang lain karena tanggung jawab terhadapnya bersifat total.
Tanggung jawab sebagai jalan pemanusiaan yang otentik
Di Indonesia misalnya belum terdengar bahwa larang pemerintah tentang "kerja, doa dan belajar" atau menjaga jarak/fisik dalam relasi sosial mengakibatkan kematian anak bangsa ini.Â
Janganlah juga menunggangi atau memperlebar persoalan ini pada horison kepentingan tertentu. Sejatinya, larangan pemerintah terikat pada periode atau waktu tertentu. Kenormalan akan kembali setelah goncangan wabah ini berakhir.
Sekali lagi himbaun pemerintah harus membuka cakrawala kesadaran baik personal maupun comunal. Supaya kita tidak terjebak dalam stigma "mengobyekkan" orang lain.Â
Orang lain menjadi sasaran kepentingan kita. Janganlah pula membangun konsep mutualitas atau resiprokal dalam relasi seperti bantuan terhadap korban harus memberi keuntungan pada diri atau berusaha menyeberkan virus ini. Ini merupakan sikap yang tak terpuji.
Dengan mendukung kebijakan pemerintah kita secara langsung mengimplementasikan peran kita sebagai orang yang bertanggung jawab atas hidup orang lain. Â
Bagi levinas, keika saya mendekati orang lain sebagai manusia 'yang lain', dan bukan sebagai objek. Saya ada untuk (being for) bukan berada untuk (being-with) orang lain. Itulah relasi asimetris yang dimaksudkan oleh Levinas. Itulah jalan perwujudan kemanusiaan kita yang otentik dan real.
Akhirnya, tanggung jawab harus menjadi landasan dan kekuatan yang menjiwai dan menyemangati kita dalam bertindak. Sebab "persona lain" adalah jiwa saya (my spirit). Dengan melakukan dan memberikan sesuatu bagi orang lain, saya menampilkan diri saya "berada sebagai roh manusiawi".Â
Dengan begitu, tanggung jawab menjadi suatu sikap kepedulian yang penuh dengan perhatian. Dan hal ini hanya mungkin terjadi dalam pelayanan bagi orang lain.