Bagi sebagain besar pria pasti berencana untuk mengikat pasangannya pada hubungan yang sakral, yaitu pernikahan.
Tidak jarang dari mereka bahkan sudah mempersiapkan diri menjalani apa saja yang harus dipenuhi saat akan melangsungkan pernikahan.
Terlebih jika sudah masuk pada perkara tradisi yang tentunya tradisi penikahan setiap daerah itu berbeda-beda.
Apalagi jika suatu tradisi pernikahan mengharuskan calon mempelai mempersiapkan banyak hal, namun ada yang unik, nih dari salah satu tradisi pernikahan yang disebut tradisi pernikahan Kromojati, Gunung Kidul.
Penasaran seperti apa tradisi pernikahan Kromojati? Yuk simak informasi di bawah ini.
1. Daerah asal tradisi pernikahan Kromojati
Tradisi pernikahan Kromojati berasal dari desa Bohol, Gunung Kidul, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tradisi ini bisa dibilang cukup baru dan Ide tradisi pernikahan ini dicetuskan oleh kepala desa Bohol saat itu yang akrab di sapa bapak Widodo.
Ide untuk menjadikan Kromojati sebagai tradisi pernikahan yang wajib dilaksanakan ini bukan tanpa alasan.
Pasalnya saat itu banyak lahan kritis di daerah tersebut, sehingga bapak Widodo berinisiatif dan mencari cara bagaimana untuk kembali mengajak warga menghijaukan daerah mereka.
2. Pengertian Kromojati
Kromojati terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Jawa, yaitu Kromo dan Jati.
Kromo berarti 'pernikahan', sedangkan jati bisa diartikan 'sejati' atau 'pohon jati'. Jadi secara keseluruhan Kromojati mempunyai makna pernikahan yang sejati.
Sedangkan makna pohon jati dari tradisi pernikahan Kromojati ini bisa diartikan sebagai kepedulian kedua mempelai terhadap lingkungan dan berharap kebutuhan finansial kedua mempelai kedepanya dapat terpenuhi.
3. Syarat khusus tradisi pernikahan Kromojati
Dalam pelaksanaan tradisi ini, mempelai pria diwajibkan menyerahkan setidaknya lima benih pohon jati kepala mempelai wanita dan harus ditanami pada lahan kritis.
Selebihnya acara pernikahan dilakukan seperti kebanyakan tradisi pernikahan pada umumnya.
Lalu, mengapa harus pohon jati dan tidak memilih pohon jenis lain?
Alasan utamannya yaitu pohon jati bisa di tanam pada tempat yang tandus dan desa Bohol ini dikenal dengan daerah kering, selain itu pohon jati juga memiliki nilai jual yang tinggi.
Hasil penjualannya nanti bisa dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk meningkatkan pembangunan pada daerah mereka kedepannya.
4. Manfaat tradisi penikahan Kromojati bagi masyarakat
Tradisi ini sangat menyumbang banyak sekali dampak positif bagi masyarakat setempat.
Selain meningkat dari segi ekonomi maupun pembangunan, masyarakat setempat juga sudah berhasil mengurangi lahan kritis.
Contohnya saja pada tahun 2005-2011, mereka berhasil mengurangi lahan kritis seluas 100 hektar.
Belum lagi, desa Mereka banyak memenangkan lomba yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan, loh.
Itulah beberapa informasi tentang tradisi pernikahan Kromojati yang bisa kita jadikan inspirasi tentunya.
Sebagai tambahan informasi, tradisi pernikahan Kromojati telah menjadi hukum adat bagi masyarakat setempat dan efeknya semakin menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan. Keren, ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H